Kubu Ical Ngotot Pertahankan Pencapresan Ical
Kamis , 10 Apr 2014, 12:48 WIB
Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie bersama isteri Tatie Bakrie menggunakan hak pilih di TPS 32, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (9/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil penghitungan cepat beberapa lembaga survei menunjukkan Partai Golkar menempati urutan kedua di bawah PDIP. Partai berlambang beringan tersebut diprediksi meraih 14,5 persen.

Wakil Ketua Umum Golkar Sharif Cicip Sutarjo mengatakan, partainya masih menunggu hasil penghitungan manual KPU. Hanya saja, ia mengakui, Golkar tidak akan beranjak dari peringkat kedua.

Menurut dia, capain itu sudah terbilang bagus. Karena itu, tidak ada rencana untuk mengevaluasi Aburizal Bakrie sebagai calon presiden (capres). Pasalnya, tidak ada tokoh lain yang lebih baik untuk diusung, selain ketua umum Golkar.

"Pencapresan itu sudah pasti Pak Ical, tokoh internal lain elektabilitasnya di bawah Pak Ical, mengapa harus ada evaluasi? Teorinya tidak mungkin mengusung tokoh luar," kata Sharif di Jakarta, Kamis (10/4).

Sharif malah mempertanyakan motivasi beberapa petinggi Golkar yang bermanuver ingin menggoyang posisi Aburizal. Itu lantaran kinerja Aburizal tidak ada masalah kalau merujuk capaian suara di Pileg 2004.

Hanya saja, ia mengakui, partainya harus koalisi dengan parpol lain untuk memenuhi syarat 20 persen kursi DPR. Golkar, menurut dia, sangat terbuka dengan partai manapun yang memiliki visi dan misi sama.

Komunikasi petinggi Golkar dengan parpol lain akan semakin diintensifkan dalam beberapa waktu ke depan. Sharif merasa yakin, Golkar akan melaju mulus dalam mencari mitra koalisi dan mengantarkan Aburizal sebagai presiden RI.

"Koalisi itu pasti akan terjadi. Ada partai yang bisa menarik, ada partai yang bisa ditarik. Apapun masih bisa terjadi," kata menteri Kelautan dan Perikanan itu.


Redaktur : Joko Sadewo
Reporter : Erik Purnama Putra
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar