REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden (capres) dari PDI Perjuangan (PDIP) Joko Widodo alias Jokowi masih mencari pasangan untuk menghadapi Pemilihan Presiden/Wakil Presiden, Juli mendatang. Dari hasil komunikasi politik dan penjajakan, politisi PDIP Aria Bima mengatakan, calon pendamping Jokowi sudah mulai mengerucut.
"Figur katanya sudah mengerucut. Tapi saya belum berani mengatakan karena masih dalam rangka penggodokan," kata Aria, pada acara diskusi di Cikini, Jakarta, Ahad (13/4). Sebelum 15 Mei, ia mengatakan, rencananya calon pendamping Jokowi itu sudah ditetapkan.
Mengenai cawapres ini, menurut Aria, masih digodok masalah kriteria. Namun, ia menekankan, calon pendamping Jokowi harus bisa menempatkan diri sebagai wakil. Sebagaimana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam mendampingi Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Ia mengatakan, Ahok bisa memosisikan diri sebagai back office. "Jadi tipenya (nanti) sadar benar jadi wapres," kata dia.
Aria mengatakan, cawapres nanti harus bisa melengkapi sosok Jokowi. Baik karakter dan tipenya. Tetapi bukan hanya itu, menurut dia, kompetensi atau kapabilitas sosok itu juga tetap menjadi salah satu pertimbangan utama.
Namun sebelum masuk pada sosok, ia menekankan, penjajakan terlebih dulu pada melihat persoalan yang ada saat ini. "Dibicarakan dulu untuk bisa selesaikan persoalan ini, kemudian butuh kriteria pemimpin kolektif seperti apa. Termasuk wakil dan menteri. Baru kemudian orangnya," ujar dia.
Menurut Aria kriteria seperti sipil-militer, jawa-nonjawa, tidak dominan lagi untuk menjadi bahan pertimbangan. Ia mengatakan, faktor kompetensi dan unsur-unsur lain lebih harus menjadi pertimbangan. Seperti sosok yang bersih dari korupsi, mempunyai ideologi dan platform yang searah, serta tipenya sesuai dengan Jokowi. "Jadi kalau menang nanti bisa jadi penyeimbang," kata dia.