Ketua Umum PPP Suryadharma Ali (tengah) didampingi jajaran pimpinan partai lainnya berdoa bersama usai Mukernas III di Cisarua, Bogor, Kamis (24/4). (Republika/Aditya Pradana Putra)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Munculnya perbedaan pendapat di internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menimbulkan banyak spekulasi. Termasuk mengenai arah dukungan dan koalisi partai berlambang Ka'bah itu.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya melihat awal permasalahan perseteruan yang terjadi di dalam internal PPP dimulai dengan kedatangan Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali ke kampanye terbuka Partai Gerindra di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.
"Saya hanya membaca secara eksplisit yang ditolak Emron Pangkapi, Romahurmuziy dan 26 DPW adalah keberanian Suryadharma Ali untuk mendukung Gerindra secara pribadi," kata dia, selepas acara diskusi di Cikini, Jakarta, Sabtu (26/4).
Diantara pihak yang berbeda pendapat dalam internal PPP memang sudah terjadi islah. Mukernas III di Bogor, tengah pekan lalu, yang menjadi puncaknya.
Namun, Yunarto melihat, arah dukungan PPP yang semula dibawa Suryadharma Ali pada Gerindra dan calon presidennya Prabowo Subianto, bisa berubah karena perbedaan pendapat sebelumnya. "Artinya, dalam bahasa lain, secara implisit orang-orang ini kan menginginkan orang lain, selain Prabowo," kata dia.
Yunarto menegaskan ini hanya pendapatnya melihat secara implisit apa yang terjadi dalam tubuh PPP. Bukan berarti, dia menyarankan PPP untuk mendukung calon lain atau berkoalisi dengan partai lain.
"Jadi secara implisit saya membaca, bukan saya menyarankan lebih baik yah, saya membaca ada arah kemungkinan besar PPP akan lebih mungkin bergabung dengan Jokowi (Joko Widodo) dan PDIP (PDI Perjuangan)," ujar dia.