Anas: Mengolok-olok Presiden, Kualat 'Dong'
Senin , 28 Apr 2014, 16:19 WIB
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menunjukkan laporan kampanye SBY saat tiba di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Jumat (28/3). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden RI yang juga Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengomentari munculnya usulan untuk menjadi calon wakil presiden pada pemilihan umum mendatang. Ia menilai usulan itu seolah hanya untuk mengolok-olok.

Salah satu yang sempat mengusulkan SBY menjadi cawapres itu adalah Anas Urbaningrum. Tersangka di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu memang pernah melontarkan wacana SBY untuk menjadi cawapres. Namun Anas heran saat ditanya usulan itu hanya dianggap mengolok-olok SBY.

"Mengolok-olok gimana?" ujar Anas, saat akan menjalani pemeriksaan sebagai tersangka di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Senin (28/4).

Anas mengatakan, tidak ada niatan mengolok-olok mantan atasannya tersebut. Menurut dia, pendapatnya itu mempunyai dasar, bukan sembarang usulan.

"Ya kalau penilaian kan bisa terserah beliau. Tetapi, kalau alasan saya kan rasional, karena kader terbaik yang dimiliki Demokrat sekarang ini, yang elektabilitasnya paling tinggi untuk diajukan jadi cawapres ya Pak SBY," kata mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu. Anas meyakini, apabila SBY menjadi cawapres, maka akan menjadi magnet bagi para calon presiden.

"Kalau diajukan Pak SBY sebagai cawapres, saya yakin capres-capres lain itu  berebutan. Jadi laku. Jadi, rasional alasan saya. Dipahami apa saja, saya kira tidak apa. Tapi pasti itu bukan mengolok-olok. Masa mengolok-olok presiden, kualat dong," kata eks anggota DPR RI itu.

Selain Anas, Sekretaris Jenderal DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy juga pernah melontarkan wacana SBY menjadi cawapres.  Politisi yang akrab dipanggil Romy itu meminta maaf jika pendapatnya dinilai untuk mengolok-olok.

Romy mengatakan tidak ada niatan itu karena pendapatnya berdasar pada hasil survei. Menurut dia, SBY masih mempunyai elektabilitas yang tinggi. "Usulan ini juga muncul mengingat dedikasi, pengalaman, kepiawaian berpolitik, dan dikenal di dunia internasional seorang SBY," ujar dia, pekan lalu.



Redaktur : A.Syalaby Ichsan
Reporter : Irfan Fitrat
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar