REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Kepala Staf Angkatan Darat Tentara Nasional Indonesia (KSAD TNI) juga Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Pramono Edhie Wibowo bertemu dengan Staf Ahli Bidang Politik Kedutaan Besar Jepang, Shintani Naoyuki membicarakan kemungkinan koalisi antar partai pascapemilu legislatif dan koalisi untuk menghadapi pemilihan presiden mendatang, Senin, (5/5).
"Hasil pemilu legislatif di luar dugaan, bahkan mengharuskan partai dengan perolehan suara terbanyak untuk berkoalisi agar bisa mengusung calon presiden. Hasil ini tidak seperti yang diramalkan lembaga-lembaga survei tersebut," ujar Edhie.
Demokrat, kata Edhie, memiliki tiga opsi dalam berkoalisi. Partai Demokrat bisa berkoalisi dengan salah satu dari tiga partai dengan perolehan suara terbesar hasil hitung cepat namun tidak bisa mencalonkan presiden.
Kedua, ujar Edhie, Partai Demokrat bisa berinisiatif membentuk poros koalisi sendiri bersama dengan partai lain dengan perolehan suara hasil hitung cepat lebih kecil. Dengan demikian Demokrat bisa mengusung calon Presiden sendiri.
Sedangkan ketiga, terang Edhie, jika menang melalui opsi satu dan dua, terlibat aktif dalam maka Demokrat aktif di pemerintahan. Namun jika kalah siap mengambil posisi oposisi.
Sementara itu, Staf Ahli Bidang Politik Kedutaan Besar Jepang, Shintani Naoyuki mengatakan, pihaknya ingin mendapatkan informasi mengenai peta koalisi yang mungkin terjadi.
"Jepang adalah negara sahabat Indonesia sejak lama, Pemerintah Jepang ingin mengetahui lebih dalam kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sebagai referensi akan hubungan bilateral Jepang-Indonesia di masa depan," kata Naoyuki.