Akbar Tandjung menjadi pembicara dalam diskusi politik di Komplek Parlemen
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsorsium Pesantren Indonesia (KPI) menilai Akbar Tandjung merupakan sosok yang paling ideal untuk mendampingi calon presiden (capres) pada Pilpres 2014, karena memiliki pengalaman luas di politik serta figur pemersatu bangsa dan agama.
Ketua KPI KH M Amrullah Z Wiryaatmaja di Jakarta, Rabu, mengungkapkan sebelum secara bulat mengeluarkan pernyataan soal tokoh yang pantas menjadi cawapres, pihaknya sudah melakukan berbagai kajian, baik melalui metode wawancara dengan tokoh-tokoh agama, politik, akademisi, pengamat, aktivis dan masyarakat, maupun kajian berita di berbagai media massa.
"Selama dua bulan terakhir ini, kami mencermati perkembangan informasi mengenai Pilpres. Justru yang paling menarik pada Pilpres 2014 ini bukan lagi soal siapa capres, tapi lebih ke Calon Wakil Presidennya. Siapakah tokoh yang paling pantas mendampingi Calon Presiden, itu yang kami cermati," tuturnya.
Amrullah menambahkan setelah pihaknya melakukan kajian dan menetapkan kriteria versi KPI, tidak berselang lama muncul juga hasil survei dari Freedom Foundation yang dirilis pada 20 Maret 2014, di mana hasilnya menyebutkan bahwa Akbar Tanjung punya kans lebih bagus setelah disanding dengan Jokowi dibandingkan nama-nama lainnya yang juga disandingkan dengan capres yang sama.
Menurut dia, para capres yang sudah diusung oleh masing-masing partai membutuhkan pendamping yang memiliki pengalaman cukup agar bisa mengelola pemerintahan dengan lebih baik.
"Orang tersebut harus sudah berpengalaman di eksekutif maupun legislatif, termasuk politik internasional. Pasalnya, para kandidat presiden yang muncul relatif kurang memiliki pengalaman yang cukup dalam mengelola negara," ucapnya.
Terlebih lagi, negara yang akan dipimpin merupakan negara besar, yang memiliki jumlah SDM besar, kekayaan melimpah, dan keanekaragaman (pluralisme) yang luar biasa. "Ini membutuhkan orang yang cermat, cerdas, dan arif," katanya.
Dari hasil kajian, KPI memiliki kriteria cawapres yakni, memiliki pengalaman yang luas baik sebagai eksekutif maupun legislatif, memiliki pengalaman politik luar negeri yang cukup, matang dalam dunia politik dan arif, figur lintas tokoh dan pemersatu bangsa, dan tokoh yang kokoh di era peralihan dari zaman Orba ke Reformasi.
"Kelima kriteria itu sangat penting untuk menentukan calon pemimpin bangsa. Ternyata, dari kriteria itu, yang paling pas dan cocok adalah Akbar Tandjung," ujar Amrullah.
Ia menjelaskan, pihaknya hanya ingin agar masyarakat tidak salah dalam memilih pemimpin masa depan. Sebab, berkaca dari pengalaman dua periode kepemimpinan di Indonesia, ternyata banyak kegagalannya. Selain masalah korupsi yang bertambah, juga tidak ada perubahan di bidang kesejahteraan.
"Kita semua merasakan, bagaimana kondisi kepemimpinan dua periode terakhir ini. Kasus korupsi semakin merajalela, bahkan menteri pun masuk KPK. Kasus kesenjangan ekonomi semakin lebar, kasus SARA semakin memprihatinkan," ungkapnya.
Karena itu, kata Amrullah, kepemimpinan di masa datang harus mampu merubah bangsa ini menjadi bangsa yang sejahtera, bangsa yang diperhitungkan di dunia internasional, bangsa yang maju dan sejajar dengan bangsa lainnya, serta bangsa yang bermoral.
"Bangsa ini bangsa yang kaya raya, tapi rakyatnya mayoritas masih tetap berada dalam kondisi memprihatinkan. Masih banyak rakyat yang makan ulat tanah, karena kemiskinan. Ini tergantung pemimpinnya, apakah mampu mensejahterakan rakyatnya dengan potensi alam yang ada?" katanya.
Amrullah juga berharap agar pemimpin yang akan datang memiliki kepedulian terhadap generasi muda yang cenderung moralnya sudah tergerus atau terjadi degradasi moral yang memprihatinkan dan kualitas pendidikan yang merosot tajam. "Ini harus segera diperbaiki agar generasi muda kita bisa menjadi pewaris yang baik untuk negeri ini," tambahnya.