REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Tiga organisasi massa pendiri Golkar, yang dikenal dengan nama Tri Karya, berkumpul untuk membahas penyelamatan partai. Rapimnas disepakati menjadi ajang untuk menentukan langkah Partai Golkar di Pilpres 2014.
Ketiga pimpinan ormas tersebut adalah Ketua Umum Kosgoro 1957 Agung Laksono, Ketua Umum MKGR Priyo Budi Santoso, dan pendiri SOKSI Suhardiman. Mereka bertemu di rumah Suhardiman, di Jakarta Selatan, Senin (12/5).
Agung Laksono mengatakan sulitnya Golkar mencari mitra koalisi bukan disebabkan faktor Partai Golkarnya. Tetapi karena capres Partai Golkar Aburizal Bakrie (ICal) elektabilitasnya stagnan. "kami memahami ketika kami melemparkan calon yang diusung Partai Golkar menjadi capres, masih ada masalah seperti hasil survei yang stagnan. Sehingga, tidak mudah untuk mendapatkan partner dan mencari pasangan," kata Agung Laksono.
Kondisi ini, lanjutnya, memunculkan gejolak di internal Golkar. Mereka meminta agar pencapresan Ical dievaluasi. Namun, menurut Agung, keputusan ini nantinya akan diambil dalam Rapimnas Golkar.
"Bukan DPP Partai Golkar yang menentukan pilihan. Apakah akan tetap mengusung Ical dengan risiko kalah atau Partai Golkar mengubah calon presiden dan wakil presiden dan mencari alternatif baru atau memberikan dukungan terhadap (kandidat) yang selama ini muncul seperti Jokowi dan Prabowo," kata Agung.
Ketua MKGR Priyo Budi Santoso juga mengaku heran dengan belum adanya mitra koalisi untuk Golkar. Padahal hubungan Golkar dengan parpol lain cukup bagus. Priyo juga mengatakan posisi Ical bisa dibicarakan lagi dalam rapimnas mendatang.
Yang menjadi persoalan, lanjut dia, adalah belum jelasnya waktu penyelenggaraan rapimnas. "Jadi ini masih ada waktu dan waktunya pendek, kalau KPU tidak memperpanjang, praktis tanggal 18-20 (Mei). Rapimnas itu tertinggi kedua setelah Munas. Dan Rapimnaslah yang mengubah semuanya, apakah dari capres jadi cawapres atau tidak," kata Priyo.
Kritik keras disampaikan Suhardiman. Pendiri Golkar ini mengatakan Golkar harus segera bergerak menyelesaikan masalah stagnasi pencapresan Ical. Secara historis dan sosiologis, menurutnya faktor 'Jawa' sangat berpengaruh sehingga Ical tidak akan bisa menang.
"Saran saya Golkar merubah strategi ya mencalonkan cawapres saja, syukur-syukur cawapresnya dari Trikarya, khususnya Priyo," jelas Suhardiman. Ditambahkannya, Rapimnas Golkar selalu diulur-ulur, karena Ical tetap ngotot ingin maju sebagai capres.