REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kemunculan nama Dahlan Iskan sebagai pemenang konvensi capres Partai Demokrat terlambat untuk menyusun poros koalisi baru, kata analis politik Universitas Diponegoro Semarang Susilo Utomo.
"Dua poros utama koalisi yang sudah muncul dengan kekuatan bakal calon presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto terlalu kuat. Terlambat jika Demokrat mau membentuk poros koalisi baru," katanya di Semarang, Jateng, Jumat (16/5).
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menjadi pemenang konvensi capres Partai Demokrat mengalahkan 10 peserta konvensi lainnya, antara lain Anies Baswedan, Irman Gusman, dan Dino Patti Djalal.
Pengajar FISIP Undip itu mengibaratkan Dahlan memenangi perlombaan yang sebenarnya sudah lama usai, atau bisa dikatakan sudah ketinggalan momentum karena dua poros utama bakal capres sudah terlalu kuat. "Dua bakal capres, yakni Jokowi dan Prabowo sekarang ini sudah menguasai persepsi publik. Keduanya terlalu berat digoyahkan meski Dahlan Iskan paling unggul di antara 11 peserta konvensi Demokrat," ucapnya.
Ia menyebutkan partai politik yang sejauh ini belum menentukan sikap atau dukungan menjelang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014, antara lain Partai Demokrat, Partai Golkar, dan Partai Hanura. "Kalau mau membuat poros koalisi baru, ada peluang Demokrat berkoalisi dengan Golkar. Namun, sepertinya pembicaraan menentukan bakal capres dan cawapres yang diusung akan berjalan alot," ujarnya.
Sebab, kata dia, Golkar merupakan parpol yang diibaratkan sebagai sebuah "perusahaan terbuka", sehingga pengambilan keputusan tidak bisa dilakukan sepihak karena ada beberapa "pemegang saham" besar. "Golkar juga sudah punya capres, yakni Aburizal Bakrie. Apakah Golkar mau jadi bakal cawapres Dahlan, atau sebaliknya? Apalagi, ada wacana memunculkan Sultan Hamengku Buwono X sebagai capres Demokrat," tuturnya.
Susilo menjelaskan Demokrat sebenarnya bisa saja memilih memberi dukungan pada salah satu poros bakal capres yang sudah ada, yakni Jokowi atau Prabowo, daripada harus menyusun kekuatan poros koalisi baru. "Peluang Demokrat sepertinya lebih besar ke poros Prabowo. Bisa saja pemenang konvensi disandingkan sebagai bakal cawapres dengan Prabowo. Kalau itu terjadi, Hatta Rajasa yang akan 'terpental'," tukasnya.
Namun, kata Susilo, kalangan parpol Islam modern pun belum tentu menerima pengusungan cawapres dari Demokrat, seperti Dahlan Iskan, mengingat selama ini sudah menguat pengusungan pasangan Prabowo-Hatta.