Suara NU untuk Pilpres Dipastikan Pecah
Rabu , 21 May 2014, 00:51 WIB
NU
Nahdlatul Ulama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Firman Noor mengatakan, suara dukungan warga Nahdlatul Ulama dalam Pemilu Presiden 2014 dipastikan akan terpecah. Pasalnya, kedua pasangan yang bersaing mendapat dukungan dari partai politik dan tokoh-tokoh yang identik dengan organisasi masyarakat itu.

"Sudah pasti suaranya pecah. PPP, Ketua Umum PBNU, dan kemungkinan keluarga Gus Dur, seperti Yenny Wahid, mendukung Prabowo-Hatta, sedangkan PKB masuk dalam koalisi pendukung Jokowi-JK," kata Firman Noor dihubungi di Jakarta, Selasa (20/5).

Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu mengatakan, adanya partai politik dan tokoh NU yang mendukung pasangan calon yang berbeda itu merupakan isyarat bahwa dukungan dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden RI sudah bersifat individual.

Dukungan terhadap salah satu pasangan calon sudah tidak lagi berdasarkan fatwa ulama NU, tetapi patron masing-masing kelompok dalam NU, yaitu individu kiai-kiai yang memiliki massa.

"Sebenarnya ini bukan merupakan hal yang aneh. PKB yang saat reformasi didirikan oleh tokoh-tokoh NU dan identik dengan NU, pernah mengalami konflik internal dan beda pendapat antarkiai," tuturnya.

Oleh karena itu, Firman mengatakan bahwa PKB saat ini sudah tidak lagi menjadi satu-satunya partai politik representasi dari warga NU.

"Dengan jumlah warga NU yang mencapai puluhan juta, sementara PKB hanya meraih suara 9 persen, jelas PKB bukan satu-satunya representasi NU. Justru bukan tidak mungkin jika Said Agil yang merepresentasikan NU sebenarnya," katanya.

Apalagi, kata Firman, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar bukanlah tokoh yang cukup dihargai oleh warga NU setelah masa Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

"Oleh karena itu, dukungan PPP dan Ketua Umum PBNU Said Agil Siradj kepada Prabowo-Hatta pasti akan berpengaruh. Apalagi, pendukung Gerindra di Jabodetabek juga banyak yang warga NU," katanya.

Redaktur : A.Syalaby Ichsan
Sumber : Antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar