Elite Politik Tak Bisa Diteladani, Ini Dia Penyebabnya
Senin , 26 May 2014, 23:09 WIB
Republika/Aditya Pradana Putra
Penetapan Kursi Legislatif Kameramen mengambil gambar dengan latar belakang layar perhitungan pada rapat pleno terbuka penetapan perolehan kursi dan calon terpilih anggota DPR dan DPD Pemilu tahun 2014 di Gedung KPU, Jakpus, Rabu (14/5).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Identitas suku, ras, dan agama masih menjadi komoditas untuk bersaing dalam Pemilu Presiden 2014. Hal tersebut disampaikan oleh pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada Arie Sudjito.

"Banyak elite-elite politik tidak bisa menjadi teladan karena mereka mereproduksi identitas (suku, ras, agama) itu untuk komoditas politik," kata Arie di Yogyakarta, Senin (26/5).

Menurut dia, praktik politik identitas yang kerap muncul menjelang pemilu telah menyimpang dari etika dan tujuan berdemokrasi yang sesungguhnya.

Upaya itu, menurut Arie, tidak memiliki korelasi substansial terhadap kebutuhan bangsa. Oleh karena itu, kata dia, kini saatnya bertarung melawan kapitalisme global, bukan malah dipropaganda untuk bertarung antaragama, atau identitas lainnya.

"Saya berharap ini bukan hanya sekadar pilpres, tapi pemilihan pemimpin. Kalau memilih presiden itu gampang, tapi belum tentu presiden itu pemimpin," kata Arie.

Redaktur : M Akbar
Sumber : antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar