REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA-- Pengurus Dewan Pimpinan Daerah PDI Perjuangan Daerah Istimewa Yogyakarta menyayangkan pernyataan Ketua Majelis Pertimbangan Pusat Partai Amanat Nasional Amien Rais yang mengatakan bahwa Pemilihan Umum Presiden 2014 ibarat 'Perang Badar'.
"Analogi Perang Badar Amin Rais berbahaya. Pemilihan Umum merupakan momentum strategis bagi rakyat untuk menentukan pilihannya menentukan presiden dan wakil presiden secara merdeka dan konstitusional," kata Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan DIY Eko Suwanto di Yogyakarta, Sabtu.
Eko mengatakan kedaulatan rakyat harus dihormati, secara prinsip hak konstitusi warga negara tidak boleh dihantui rasa takut akibat ancaman atau politik uang. Pada perkembangannya, lanjut Eko, berbagai pihak dikejutkan oleh pernyataan Amin Rais yang menganalogikan pemilu sebagai Perang Badar.
"Pilihan kata 'perang' sungguh bertentangan dengan substansi demokrasi, yang lebih mengedepankan penghargaan terhadap perbedaan pendapat atau pilihan politik," kata Eko.
Menurut Eko, kata "perang" bisa salah dimaknai dengan membunuh lawan. Sementara dalam politik pemilu, lawan politik merupakan saudara sebangsa dan setanah air yang harus saling menjaga, saling mencintai sebagai sesama warga bangsa. Dia mengatakan ekses dari pernyataan Amin Rais adalah timbulnya potensi kekerasan atau konflik.
"Kita belum mengetahui, apakah kekerasan yang menimpa aktivis dan keluarga Julius yang sedang melaksanakan ibadah, serta Michael yang kerja liputan media merupakan akibat dari propaganda Perang Badar ala Amin Rais? Kita berharap Amin Rais sebagai tokoh berbicara lebih bijak sebagai orang tua yang bisa mengayomi seluruh warga bangsa. Menjadi bapak bagi anak-anak bangsa. Tidak ada satu agamapun di dunia ini yang mengajarkan kekerasan," katanya.
Menjelang Pemilu Presiden yang tinggal beberapa minggu, ia mengajak seluruh tokoh untuk bersama-sama menjaga ke-"Indonesiaan Kita", seperti yang dikembangkan KH Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantoro. "Masyarakat Indonesia cerdas mengikuti proses Pemilu dan kita yakin pada 9 Juli 2014 akan memilih berdasarkan hati nurani," kata Eko.
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014 diikuti dua pasangan capres dan cawapres, yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.