Pemalsu Surat Jokowi Terapkan Politik Fitnah
Selasa , 03 Jun 2014, 15:08 WIB
Republika/Yasin Habibi
Penertiban Spanduk Pilpres: Petugas Satpol PP merazia sejumlah spanduk Capres dan Cawapres di sekitaran Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (29/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Universitas Mercu Buana, Heri Budianto menilai, pembuat surat palsu atas nama Joko Widodo menerapkan politik fitnah dan pembunuhan karakter. Dia menilai, perbuatan itu tidak sehat diterapkan dalam pesta demokrasi.

"Jika benar terbukti Edgar Jonathan, kader Partai Gerindra, membuat surat palsu atas nama Joko Widodo (Jokowi) terkait kasus Transjakarta yang kemudian diedarkan ke dunia maya dan media sosial, maka itu cara politik berbasis fitnah yang lebih kejam dari pembunuhan karakter. Cara ini lebih dari kampanye hitam, yang membuat demokrasi kita menjadi tak sehat," kata Heri, di Jakarta, Selasa (3/6).

Menurut Direktur Eksekutif Political Communication (PolcoMM) itu, harusnya capres dan tim suksesnya tidak melakukan cara-cara tidak sehat seperti itu. Karena selain akan berdampak buruk bagi demokrasi yang sedang dikembangkan, cara fitnah dalam perang politik justru akan berbalik arah kepada pemfitnah.

"Dampaknya malah bukan pada calon yang diserang, karena ketika terbukti mana fitnah dan mana fakta, maka publik juga akan melihatnya," ujarnya. Jadi, ia menyarankan agar masing-masing capres untuk menggunakan cara-cara yang sehat, elegan, bukan saling menjatuhkan.

Sebelumnya, Tim kuasa hukum calon presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla melaporkan dugaan surat palsu ke Bareskrim Mabes Polri. Surat palsu itu berisi permintaan Jokowi kepada Jaksa Agung agar tidak diperiksa dalam kasus korupsi pengadaan bus Transjakarta.

Sebagai terlapor dalam kasus itu adalah Edgar Jonathan S, yang merupakan anggota organisasi Tunas Indonesia Raya (Tidar), sayap Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), yang mengusung Prabowo Subianto-Hatta Radjasa sebagai capres.

Redaktur : Erik Purnama Putra
Sumber : Antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar