Siluet juru kamera berlatar belakang layar monitor yang menunjukkan hasil suvei Lemabag Survei Nasional (LSN) mengenai elektabilitas calon presiden dan calon wakil presiden di Jakarta, Kamis (12/6).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa lembaga survei menunjukkan elektabilitas Prabowo Subianto-Hatta Rajasa berhasil menyalip Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK).
Misalnya, jajak pendapat Lembaga Survei Nasional (LSN) yang menyatakan, 46,3 persen publik memilih Prabowo-Hatta. Sementara Jokowi-JK sebesar 38,8 persen.
"Masyarakat membutuhkan apa yang tidak ada di SBY. SBY tidak tegas, Prabowo tegas," ujar pengamat politik Universitas Indonesia, Cecep Hidayat, Jumat (13/6).
Selain figur yang kuat, menurutnya, ada tiga faktor lain yang membuat elektabilitas Prabowo-Hatta mengalami tren peningkatan.
Pertama, bergabungnya sosok berpengaruh ke kubu Prabowo-Hatta. Semisal Mahfud MD dan Amien Rais. Kedua, kampanye masif yang dilakukan pasangan capres-cawapres nomor urut satu itu.
Ketiga, isu yang dipakai tim Jokowi-JK untuk menyerang lawan politiknya justru menarik simpati masyarakat. Misalnya, isu pelanggaran HAM 1998. Banyak masyarakat percaya kalau Prabowo hanya kambing hitam dalam kasus tersebut.
"Isu-isu negatif yang menyerang dan bertujuan menjatuhkan Prabowo, malah menarik simpati. Masyarakat menganggap Prabowo adalah korban," katanya.
Sementara itu, katanya, tiga penyebab penurunan elektabilitas Jokowi-JK yang diungkap LSN cukup masuk akal. LSN menyebutkan, elektabilitas Jokowi-JK mengalami tren penurunan karena beberapa faktor.
Antara lain, kejenuhan masyarakat terhadap sosok Jokowi di media selama setahun terakhir. "Alasannya masuk akal. Perilaku pemilih dipengaruhi sosok personal. Masyarakat terkesima dengan sosok Prabowo yang tegas, good looking," terangnya.