Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto saat debat capres putaran dua di Jakarta, Ahad (15/6)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden (capres) dari PDI Perjuangan-Nasdem-PKB-Hanura-PKPI, Joko Widodo (Jokowi) dinilai kurang mengeksplorasi pandangannya soal pembangunan ekonomi Indonesia mendatang. Jokowi lebih senang mencontohkan kebijakan ekonominya di Surakarta dan DKI Jakarta.
"Yang sebenarnya tidak semua bisa jadi acuan untuk konteks nasional," kata pengamat politik dari Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara ketika dihubungi wartawan, Selasa (17/6).
Igor mengatakan cara pandang Jokowi yang terlalu lokal bisa menimbulkan efek negatif. Publik bisa menganggap Jokowi lebih baik tetap menjadi kepala daerah. Apalagi sejumlah program yang dicanangkan Jokowi seperti kartu Jakarta Sehat dan Jakarta Pintar juga masih bermasalah.
"Uraian Jokowi mengenai perekonomian bakal semakin menginspirasi publik bahwa Jokowi lebih cocok menjadi kepala daerah," ujar Igor.
Di sisi lain Igor menilai, penyampaian ekonomi Prabowo Subianto lebih baik. Prabowo menurutnya mampu menyampaikan pandangan yang sesuai dengan kebutuhan nasional.
"Prabowo terlihat ingin melakukan sesuatu hal dengan terlebih dulu menganalisis kondisi," kata Igor.
Igor mencontohkan pandangan Prabowo mengenai kemandirian pangan dan kesejahteraan sosial. Menurutnya, Prabowo ingin memulai dua hal itu dengan menghentikan kebocoran anggaran. Sehingga program kemandirian pangan dan kesejahteraan sosial lebih efisien.
"Pengawasan diperketat dan program difokuskan agar masyarakat yang sejahtera dan mandiri," ujar Igor.