REPUBLIKA.CO.ID, BANGKALAN -- Jubir Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) Yudi Chrisnandi menilai, ada dua motif penggunaan kampanye hitam (black campaign). Pertama, ketidakpercayaan diri karena panik tidak memiliki keunggulan dan sulit mencari kelemahan lawan. Kedua, tidak memiliki etika serta moralitas berkompetisi.
Dia menambahkan, timnya tak pernah bereaksi kalau ada kampanye negatif yang dilontarkan. Meski pun, Jokowi atau JK kerap menyindir pasangan kompetitor dalam retorika kampanyenya.
"Namanya berkampanye adalah mengunggulkan diri dan membuat pemilih yakin untuk tidak memilih pasangan lain dengan alasan-alasan yang memang itu nyata, bukannya dibuat-buat," kata politikus Partai Hanura tersebut.
Seharusnya, kata dia, kampanye menjadi ajang untuk menyampaikan visi misi serta program secara jelas. Bukan mencari kelemahan dengan cara intimidatif.
Ia mengaku khawatir, masyarakat akan semakin geram dan akhirnya timbul perpecahan di kalangan bawah karena pilpres ini.