Sosmed Jangan Jadi Media Tebar Permusuhan
Ahad , 22 Jun 2014, 00:51 WIB
Yasin Habibi/Republika
Warga menggelar aksi damai "Stop Kampanye Hitam" di Bunderan HI, Jakarta Pusat, Ahad (8/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosial media (sosmed) selayaknya jangan dijadikan alat untuk menebar kebencian dan permusuhan jelang pemilihan umum presiden. Selayaknya medium komunikasi semacam sosmed ini bisa menjadi alat pemersatu dengan mengkampanyekan hal-hal positif dari kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden.

''Masyarakat Indonesia seharusnya bisa lebih dewasa dan serius berpartisipasi dalam pesta demokrasi. Jangan kotori dengan hal-hal yang menuai perpecahan,'' demikian harapan yang disampaikan Dewi R. Ahdawiyah, pegiat aktif sosmed yang masih berstatus sebagai mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung.

Dewi merasa jengah dengan begitu maraknya kampanye sarat kebencian dari para pendukung kedua pasang capres dan cawapres. Ia sangat berharap semua pihak bisa saling menahan diri serta mengedepankan persatuan jelang pilpres kali ini.

''Saya merasa pemberitaan seputar pilpres di sosial media sudah melampaui batas,'' ujarnya. ''Saya sih berharap supaya kita bisa menahan sabar dengan tidak saling menjelekkan pasangan yang didukung.''

Seperti diketahui pada pilpres 2014 ini terdapat dua pasang capres/cawapres. Pasangan nomor urut satu adalah Prabowo Subianto/Hatta Radjasa. Sedangkan nomor urut dua menjadi representasi dari pasangan Joko Widodo (Jokowi)/Jusuf Kalla (JK).

Redaktur : M Akbar
Reporter : c78
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar