Artike di The Sydney Morning Herald (SMH) yang mengulas elektabilitas Prabowo dan Jokowi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politisi Partai Amanat Nasional Didik J. Rachbini mengatakan elektabilitas Prabowo Subianto-Hatta Rajasa sudah mengungguli Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK).
Didik pun tidak heran apabila ada lembaga survei yang dekat dengan kubu Jokowi-JK sengaja menahan hasil survei mereka, seperti yang diberitakan media Australia The Sydney Morning Herald (SMH).
"Kalau survei tidak dipublikasikan berarti benar ada yang disimpan CSIS, SMRC, dan Indikator," kata Didik saat dihubungi wartawan, Kamis (26/6).
Didik mengatakan tiga lembaga survei yang disebut SMH yaitu CSIS, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), dan Indikator sengaja menahan hasil survei yang memenangkan Prabowo-Hatta demi menjaga sentimen positif terhadap Jokowi-JK.
Ketiga lembaga survei itu khawatir elektabilitas Prabowo-Hatta yang naik akan menciptakan dampak negatif terhadap Jokowi-JK. "Mereka khawatir menimbulkan opini yang tidak menguntungkan," ujar Didik.
Didik sebenarnya sudah mencurigai adanya kedekatan antara tiga lembaga survei dengan kubu Jokowi-JK. Kecurigaan ini salah satunya dilatarbelakangi sikap pendiri SMRC, Saiful Mujani yang pernah mengajak masyarakat tidak memilih Prabowo-Hatta. Gara-gara sikap itu, Saiful dan SMRC bahkan sempat dilaporkan ke Bawaslu.
"Sudah rahasia umum mereka menjadi bagian timses Jokowi. Bisa dilihat dari wawancaranya, hasil wawancara terhadap responden," kata Didik.
Didik percaya elektabilitas Prabowo yang cenderung naik akan berhasil melampaui Jokowi. Sementara elektabilitas Jokowi yang cenderung tetap akan terus menurun hingga 9 Juli mendatang.
"Capres yang elektabilitasnya stagnan akan sulit naik, sementara yang naik akan terus bergerak naik," ujarnya.