Seorang anggota dari Republik Aeng-aeng dan Pasoepati memegang poster bertemakan pemilu damai saat aksi kampanye damai di Bundaran HI, Jakarta, Ahad (6/4).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki Ramadhan 1435 H, pasangan capres dan cawapres diimbau tak mempolitisasi isu agama.
"Jangan usik kekhusyu'an ibadah puasa dengan politik comberan. Mendadak saleh pada Ramadhan padahal pencitraan," ujar pengamat komunikasi UIN Sunan Kalijaga, Iswandi Syahputra, Sabtu (28/6).
Menurutnya, Ramadhan merupakan bulan ampunan. Sehingga, baik digunakan untuk merenung dan memohon ampunan.
"Capres yang pernah ingkar janji atau kurang amanah selama memimpin, pernah menipu Tuhan karena bersumpah dengan kitab suci untuk menyelesaikan masa jabatan sebagai wali kota atau gubernur tapi ingkar, pada bulan puasa ini waktunya introspeksi. Memohon ampun pada Allah dan meminta maaf pada rakyat," katanya.
Ia menilai, Ramadhan juga bulan penuh ibadah. Namun, jangan sampai ibadah itu malah digunakan untuk pencitraan.
"Shalat saja disiarkan, gambarnya disebar padahal bacaannya kurang benar. Nanti mau masuk masjid atau blusukan untuk makan sahur disiarkan. Ini sudah masuk politisasi agama," ujarnya.
Iswandi juga meminta pasangan capres dan cawapres agar berhati-hati menggunakan pesan agama dalam melakukan komunikasi di ruang publik.
"Tahun lalu gelagapan ditanya hikmah Ramadhan. Tahun ini beredar spanduk ucapan 'Selamat Menunaikan Ibadah Puasa 1 Syawal 1435 H' dari pasangan capres-cawapres. Inikan fatal, karena 1 Syawal itu hukumnya haram berpuasa. Jadi, hati-hati bermain isu agama. Kalau bukan partai berbasis agama, sebaiknya jangan main isu agama," papar dia.