Simpatisan saat menghadiri kampanye Jokowi di Lapangan Rejomulyo, Madiun, Jawa Timur, Sabtu (28/6).
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA-- Calon presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menandatangani kesepakatan menjadikan tanggal 1 Muharram sebagai Hari Santri Nasional, saat menghadiri haul Bung Karno dan Kiai Hasyim Asy'ari di Pondok Pesantren Babussalam, Malang, Jawa Timur.
Jokowi mengatakan, keputusan tersebut dia ambil sebagai wujud penghargaan atas kearifan lokal. "Santri kan kearifan lokal," ujar capres nomor urut dua tersebut, Ahad (29/6).
Jokowi mengaku, ia tak ragu ketika berjanji menetapkan 1 Muharram sebagai Hari Santri Nasional. Sebab, tanggal tersebut setiap tahunnya sudah ditetapkan sebagai hari libur untuk merayakan tahun baru hijriyah. "Kalau saya menetapkan di tanggal lain, nanti bisa ada pro kontra," kata capres yang diusung koalisi lima partai itu.
Sebenarnya, gagasan menjadikan tanggal 1 Muharram sebagai hari santri nasional diusung oleh Pimpinan Pondok Pesantren Babussalam Kiai Haji Thoriq Bin Ziyad. Saat Jokowi datang ke ponpes tersebut untuk menghadiri haul Bung Karno dan KH Hasyim Asy'ari, capres dengan nomor urut dua itu diminta menandatangani perjanjian hari santri nasional.
Kiai Thoriq menilai, capres yang mau memperjuangkan hari santri nasional berarti telah memperjuangkan seluruh santri dan ulama. "Santri adalah budaya yang terus menerus ditransfer dari generasi ke generasi," ucapnya.
Jokowi, yang mengenakan peci hitam langsung menyanggupi permintaan tersebut. "Saya menyanggupi permintaan menjadikan tanggal 1 Muharram sebagai hari santri nasional. Itu wajib diperjuangkan," ujarnya.