Prabowo Subiyanto (kedua kiri) mendampingi Hatta Rajasa (kanan) pada debat cawapres 2014 di Jakarta, Ahad (29/6).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cawapres nomor urut satu, Hatta Rajasa, cukup bangga dengan prestasinya saat menjabat sebagai menristek pada masa pemerintahan Megawati Sukarnoputri pada 2001-2004.
Saat menjawab pertanyaan Jusuf Kalla, Hatta menyatakan, meletakkan dasar untuk sistem penelitian, pengembangan dan penerapan teknologi sebelum melakukan inovasi.
"Pada 2002 saya tuntaskan undang-undang sistem nasional pengembangan dan penerapan teknologi. Menjadi dasar untuk melakukan spending pemerintah ke swasta, dunia usaha dan pemerintah bisa mengeluarkan insentif," kata Hatta menjawab pertanyaan JK dalam debat cawapres di Hotel Bidakara, Ahad (29/6).
Di bidang pangan, katanya, banyak temuan genetik. Kemudian diaplikasikan oleh LIPI, IPB dan ITB.
Sementara di bidang energi, Hatta menggagas pelarangan pembangunan pembangkit listrik di bawah 15 megawatt tanpa kolaborasi dengan nasional. Dia menyayangkan pembangunan pembangkit 10.000 mega watt tapi 100 persen buatan Cina.
JK kemudian mempersoalkan bibit padi yang dinilai Hatta sukses. Karena, nyatanya Indonesia masih melakukan impor beras.
Menurut Hatta kebanggaan karena itu merupakan inovasi sebagai temuan hasil riset. Mengenai impor, Indonesia sudah berswasembada pangan beras. Tapi masih mengimpor untuk kebutuhan masyarakat yang butuh beras khusus.
"Tapi saat iklim ekstrem yang mengganggu, kita melakukan impor hanya untuk insidentil. Kami punya agenda membangun dan mengembangkan riset yang sustainabel," kata Hatta.