REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Nahdliyin diminta untuk mewaspadai kebangkitan komunisme di Indonesia.
"NU harus waspada dengan kebangkitan PKI yang pasti terjadi bila Joko Widodo menjadi presiden," kata penasehat tim pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa Jawa Tengah saat konsolidasi relawan Jawa Timur di Surabaya.
Suryo juga meminta untuk tidak melupakan kekejaman PKI kepada umat Islam, khususnya kiai NU di Jawa Timur dan Madura pada 1960-an.
"Seperti kekejaman PKI di Kendeng Lembu, di Dampar, Mojang, Jember tahun 1961 hingga pembunuhan KH Djufri Marzuqi, dari Larangan, Pamekasan, Madura pada 28 Juli 1965," katanya.
Suryo mensinyalir, PKI akan kembali bangkit. Misalnya, melihat pernyataan terbuka anggota tim sukses Jokowi-JK, Musdah Mulia yang juga Direktur Eksekutif Megawati Insitute.
"Ini orang tidak merasakan kekejaman PKI di Indonesia hingga hendak mencabut Tap MRPS No XXV/1966 yang melarang paham komunisme di Indonesia," ujarnya.
Dalam sejarah, kata dia, NU termasuk yang paling menderita karena selalu diburu oleh PKI yang ingin merayakan kebangkitannya. "Ingat, 2015 nanti tepat 50 tahun PKI gagal melakukan pemberontakan yang dikenal dengan istilah G30S/PKI," paparnya.
Ia menjelaskan, pilpres merupakan momentum untuk kebangkitan PKI yang selama ini tertidur. Hal ini juga yang dianggap menjadi alasan penyerangan terhadap Prabowo jelang pemilu 2014.
"TNI AD merupakan musuh abadi bagi PKI. Sementara Prabowo merupakan perwira TNI AD yang berjiwa merah putih. Perwira berjiwa merah putih ini yang paling di takuti PKI," katanya.