Joko Widodo alias Jokowi (kedua kiri) didampingi Jusuf Kalla (kedua kanan), Megawati Sukarnoputri (kiri) serta Surya Paloh (kanan)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa kali, stasiun televisi milik pendukung Joko Widodo (Jokowi) menayangkan wawancara dengan wartawan lepas Amerika Serikat, Allan Nairn. Dalam wawancara tersebut Nairn mengungkapkan kerisauannya jika Prabowo Subianto terpilih menjadi presiden.
"Tayangan seperti itu membuktikan kepada kita bahwa benar ada asing yang tidak senang bila Indonesia dipimpin oleh presiden yang berkarakter, tegas dan kuat seperti Prabowo," ujar penasehat Prabowo-Hatta Jawa Tengah, Suryo Prabowo saat menemui tokoh PDIP di Jawa Tengah, Rutriningsih.
Ia pun menilai, stasiun yang dimiliki Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh itu telah kehilangan nasionalismenya demi kekuasaan.
"Ini tragedi bagi kehidupan pers nasional. Stasiun televisi yang siarannya menggunakan frekuensi sebagai kekayaan terbatas milik publik digunakan untuk kepentingan asing," ujarnya.
Selama ini, katanya, Nasdem selalu mengusung tema restorasi sebagai suatu gerakan memulihkan, mengembalikan, serta memajukan Indonesia kepada cita-cita proklamasi 1945.
"Restorasi yang digagas Paloh cuma isapan jempol saja. Sepertinya dia panik dengan dukungan Prabowo yang terus meningkat sehingga perlu minta bantuan asing. Orang seperti ini kalau diberi kekuasaan bisa habis Indonesia dijual," ujarnya.
Suryo menduga langkah stasiun televisi itu mewawancarai Nairn karena kepanikan di dalam internal PDIP dan Nasdem.
"Suhu di dalam sana sepertinya benar-benar panas-adem. Ada kepanikan politik sehingga harus mewawancarai orang asing untuk memengaruhi rakyat Indonesia. Dikiranya kalau sudah orang asing yang bicara rakyat percaya," ungkapnya.
Karena itu ia pun mengajak masyarakat untuk kritis dengan pemberitaan, khususnya yang melibatkan asing.
"Sudah jelas stasiun televisi itu ditunggangi asing. Kita pernah dijajah asing selama 360 tahun lamanya. Berbagai penderitaan bangsa sudah dilewati hingga merdeka. Jangan serahkan kemerdekaan ini pada asing lagi," paparnya.