KPI: Televisi Jangan Jadi Kompor dan Provokator
Jumat , 04 Jul 2014, 18:48 WIB
kpi
Logo Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Idy Muzayyad mengatakan, lembaga penyiaran diharapkan tidak menjadi provokator dan menyulut perpecahan di tengah masyarakat. Lembaga penyiaran diminta  menjaga independensi dan netralitasnya dengan menyiarkan pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden secara berimbang dan proporsional. 

"KPI tetap konsisten untuk tetap menghimbau dan mengharapkan lembaga penyiaran televisi dan radio untuk senantiasa menjaga mempertahanakan independensi dan netralitasnya dengan menyiarkan pemberitaan pasangan capres dan cawapres secara berimbang dan proporsional terutama dalam hal pemberitaan. Media penyiaran khususnya televisi berita jangan jadi kompor dan provokator karena berpotensi menaikkan emosi dan eskalasi masyarakat terutama pada massa pendukung," kata Idy, di Media Center Bawaslu, Jakarta, Jumat (4/7).

Lembaga penyiaran diharapkan turut serta menciptakan proses pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) dengan langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil dan damai serta sejuk tanpa melakukan provokasi ang berpotensi menaikan eskalasi persaingan serta memicu konflik khusunya antar pendukung paslon. Pada masa tenang mulai tanggal 6 hingga 8 Juli 2014, lembaga penyiaran diminta tidak menyiarkan iklan kampanye dan politik yang menjurus kepada kampanye. Dan memberitakan tentang pilpres dengan tetap memegang teguh prinsip independensi, netralitas dan keberimbangan.

Pada hari pemungutan suara, KPI juga meminta lembaga penyiaran menyiarkan hasil hitung cepat diharapkan paling cepat pukul 13.00 WIB. Untuk menjamin tidak ada satupun pemilih yang belum mencoblos terpengaruh oleh penyampaian hasil 'quick count' sebelum berakhir masa pencoblosan.

"Kami benar-benar mengharapkan suasana kondusif dimasa tenang," ujar Idy. 

Redaktur : Muhammad Hafil
Reporter : ira sasmita
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar