REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Uskup Agung Semarang Monsinyur Johannes Pujasumarta mengirim surat edaran tentang pemilihan presiden untuk dibacakan atau diterangkan kepada umat oleh para pastor melalui perayaan ekaristi Sabtu-Minggu (5-6 Juli 2014) di berbagai gereja di keuskupan setempat.
"Penekanan surat edaran itu, adalah agar umat menggunakan hak suaranya secara cerdas dan bertanggung jawab saat pemilihan nanti," kata Kepala Gereja Kevikepan Kedu Romo FX Krisno Handoyo di Magelang, Sabtu (5/7).
Ia mengatakan hal itu, terkait dengan tindak lanjut para pimpinan gereja setempat yang membawahi paroki-paroki di Kota Magelang, Kabupaten Magelang, dan Temanggung, atas surat edaran dari Uskup Agung Semarang tersebut. Wilayah Keuskupan Agung Semarang meliputi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah.
Ia menjelaskan institusi gereja bersikap netral terkait dengan politik praktis, termasuk menyangkut Pemilu Presiden, 9 Juli 2014. Akan tetapi, katanya, gereja memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan kepada umat tentang berbagai kriteria dan prinsip-prinsip moral politik yang bisa menjadi pedoman menghadapi situasi politik pilpres mendatang, dengan dua pasangan calon, yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa nomor urut 1 dan Joko Widodo-Jusuf Kalla nomor urut 2.
"Surat edaran itu sesungguhnya tindak lanjut atas Surat Gembala Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) pada 26 Mei 2014 yang isinya menyangkut peranan umat dalam pilpres," katanya.
Ia menjelaskan gereja tidak menggiring umat kepada salah satu pasangan kandidat, tetapi mendorong umat terlibat dalam pilpres berdasarkan hati nurani, secara cerdas, dan bertanggung jawab. "Gereja tidak menggiring umat kepada salah satu calon. Gereja menghargai perbedaan namun dengan tetap menjaga kebersamaan. Gereja juga mengharapkan umat tidak golput (golongan putih). Umat yang berkesempatan terlibat langsung mengawal pilpres, seperti sebagai saksi atau penyelenggara pemilihan, dan lainnya, juga harus menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab," paparnya.