Darmawan: Saya Takjub Media Besar Ikut Mempersoalkannya (Obor Rakyat Bagian 4)
Sabtu , 05 Jul 2014, 20:24 WIB
Ist
Tabloid Obor Rakyat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus tabloid Obor Rakyat pada akhirnya terus bergulir. Aparat kepolisian bahkan sudah menetapkan penulis Obor Rakyat, Darmawan Sepriosa menjadi tersangka dalam kasus ini.

Republika Online (ROL) berhasil mewawancarai Darmawan Sepriosa untuk mendapatkan penjelasan seputar kasus Obor Rakyat dan segala tudingan yang diarahkan ke padanya. Berikut petikan wawancaranya.

Anda pernah berpikir akan begitu keras reaksi atas tulisan di Obor Rakyat?

Tidak sekeras ini.  Seperti saya katakan tadi ya. Reaksi ya, artinya bagaimanapun kalau dibaca tentu akan ada reaksi atas apa yang kita baca. Tapi saya rasa tidak akan sekeras ini dan sefenomenal ini. Sampai media-media besar menyoalkannya dengan sangat masif.
 
Menurut Anda apa yang membuat reaksinya bisa sekeras ini?

Saya nggak tahu, mungkin karena cuma dua (capres), jadi kami juga kena salah satunya, kena dampaknya. Padahal kami tidak bermaksud ada pada salah satu sisi.  I’m not... we are not taking a side sebenarnya.
 
Mungkin ini yang membuat saya takjub atau bagaimana ya ketika ada media-media besar ikut mempersoalkannya dengan sangat serius. Sangat serius.

Sementara banyak hal lain yang misalnya soal ISIL juga tidak menjadi laporan dari teman-teman, kemudian soal-soal lainnya, mungkin soal ekonomi juga.

Saya merasa mungkin karena angin politik saat ini begitu kencang, sehingga urusan yang terkait dengan politik, misalnya beberapa tulisan kami menyoal satu calon akhirnya jadi satu hal yang “seksi” untuk ditulis oleh teman-teman.

Pada sisi itu saya harus memandang bahwa itu lumrah. Karena bagaimanapun kan wajar kalau teman-teman melihat ada satu masalah yang seksi kemudian dijadikan peran utama.

Apa Anda mendapat tekanan karena kasus ini?

Kalau SMS pribadi yang sangat jarang saya terima ya, saya terima juga. Nggak sampai mengancam tapi ngata-ngatain- lah. Tapi kalau sampai verbal mengungkapkan langsung atau apa Alhamdulillah tidak dan saya tidak berharap.

Sempat tertekan dengan kasus ini?

Pada awal-awal ya, saya sempat kaget. Ya sesuatu sudah dilakukan, kalaupun ada dampaknya saya harus bisa menerimanya dengan lebih sabar, dengan lebih dewasa, dan yang terpenting mungkin saya harus bisa mengambil sisi yang baik dari apa yang sudah saya lakukan, dari apa yang menimpa saya.

Tekanan dari atau terhadap keluarga?

Dari orang tua nggak, Alhamdulillah. Saudara saya kebetulan saya kembar, tapi saudara saya nggak ngomong apapun hanya mengatakan sabar, hadapi.

Sudah siap dengan konsekuensi hukum?

insya Allah, karena sekali lagi saya katakan, orang dewasa itu orang yang bisa mengambil yang terbaik dari yang menimpa dirinya. Saya berharap saya minta doanya juga agar saya bisa hadapi ini dengan dewasa dan bertanggung jawab.




Redaktur : Joko Sadewo
Reporter : c92
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar