Jokowi Bela Penyegelan TV One, Ancaman Untuk Demokrasi dan Kebebasan Pers?
Sabtu , 05 Jul 2014, 21:23 WIB
Antara/Noveradika
Jurnalis memotret kondisi Kantor TV One Biro Yogyakarta yang penuh dengan coretan di Perumahan Regency Timoho Yogyakarta, Kamis (3/7).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pembelaan Joko Widodo (Jokowi) terhadap para relawannya yang "menyegel" kantor TV One dinilai salah kaprah. Sebagai capres, Jokowi mestinya menyampaikan pernyataan yang bijak dan menenangkan.

"Misalnya meminta massanya menahan diri. Atau meminta pengertian media untuk bersama menjaga kondisi. Ini malah Jokowi ngawur," kata pengamat komunikasi politik dari UIN Sunan Kalijaga, Iswandi Syahputra saat dihubungi wartawan, Sabtu (5/7).

Pembelaan Jokowi dianggap Iswandi sebagai ancaman demokrasi dan kebebasan pers yang lebih berbahaya daripada Orde Baru. Pasalnya massa pendukung Jokowi yang menyegel kantor Tv One bergerak secara liar. "Orba menggunakan tangan-tanan birokrasi dan militer yang terkordinir. Sedangkan ini kan massa liar, siapa yang bertanggung jawab?" ujarnya.

Iswandi mengatakan Jokowi harusnya belajar dari Prabowo. Menurutnya Prabowo bisa meminta pendukungnya tetap tenang meski terus menerus diberikatakan secara negatif oleh Metro Tv. "Disinilah tampak kenegarawanan Prabowo," ujarnya.

Sebelumnya. Kantor TV One Biro Daerah Istimewa Yogyakarta disegel dan dicorat-coret massa PDIP pendukung Jokowi. Selain di Yogyakarta, massa PDIP juga menggelar unjuk rasa di Jakarta. Mereka menggeruduk dan berdemonstrasi di TV One pusat di kawasan Pulogadung, Jakarta Timur.

Menanggapi peristiwa itu, Jokowi justru membela relawannya. "Jangan sekali-sekali menyalahkan relawan. Salahkan yang memfitnah membuat suasana panas," kata Jokowi dalam konferensi pers di Bandung, Rabu (3/7).

Redaktur : Taufik Rachman
Reporter : m akbar wijaya
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar