Warga menggelar aksi damai "Stop Kampanye Hitam" di Bunderan HI, Jakarta Pusat.
REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pimpinan pondok pesantren (Ponpes) Al-Hikam II, Dr. H. Arif Zamhari, menyatakan 'black campaign' atau fitnah seorang muslim terhadap calon presiden dan wakil presiden (capres/cawapres) menunjukkan orang itu belum sempurna ke-Islamannya.
"Dalilnya, Rasulullah Muhammad SAW bersabda, 'Al-Fitnatu Assyaddu minal qotl' yang artinya 'fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan'. Ini hadits shohih," ujar Arif saat diwawancarai Republika, Sabtu (5/7) siang di Depok.
Arif mengatakan membunuh saja sudah kejam, namun fitnah itu lebih kejam. Untuk itu ia berharap umat Islam sepatutnya tidak boleh melakukan fitnah atau 'black campaign' atas nama hubungan atau 'muamalah' antarsesama manusia.
Menurut Arif, Islam itu harus dilaksanakan secara utuh. "Tauhidnya benar, ibadahnya benar dan sosial 'muamalah kemasyarakatannya juga harus benar," tutur Rektor Sekolah Tinggi Kuliyyatul. Qur'an (STKQ) Al-Hikam itu.
Jadi, ketiga-tiganya itu harus 'kaafah', utuh. Orang benar tauhidnya, murni tauhidnya, klaimnya seperti itu, ibadahnya bagus, dilakukan dengan baik dan benar, tapi hubungan 'muamalah' kemanusiaannya tidak beres.
"Misalnya, melakukan fitnah kepada sesama Muslim dan mengatakan dia kafir, komunis dan lain sebagainya. Maka Islamnya itu tidak ada artinya terhadap keberagamaannya," tegas Arif.
Hal ini disebabkan orang itu mencederai salah satu dari ketiga prinsip agama Islam. "Jika black campaign dilakukan seorang Muslim, apapun aliran keagamaannya, itu menunjukkan belum sempurna ke-Islam-annya," papar Arif.