Hari Santri Nasional Terinspirasi Perjuangan Pangeran Diponegoro
Ahad , 06 Jul 2014, 03:37 WIB
Antara
Santri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK --  Pimpinan pondok pesantren (Ponpes) Al-Hikam II, Dr. H. Arif Zamhari, menyatakan usulan tentang hari santri nasional berangkat dari sejarah kemerdekaan Indonesia.

"Peran santri dalam kemerdekaan Indonesia itu sangat signifikan. Misalnya, bagaimana Pangeran Diponegoro berjuang melawan penjajah," tutur Arif saat diwawancarai Republika, Sabtu (5/7) di Depok.

Perjuangan itu jelas melibatkan para santri, bahkan Pangeran Diponegoro pun seorang santri. "Peristiwa heroisme santri lainnya terjadi pada 10 November di Surabaya," ujar Arif.

Peristiwa 10 November tidak dapat dilepaskan dari peran santri, khususnya KH. Hasyim Asy'ari, dalam mengusir penjajah dan tentara sekutu dari Surabaya.

Jadi, usulan "Hari Santri Nasional" bermaksud meneguhkan kembali fungsi pesantren dan peran besar santri dalam proses kemerdekaan negara Republik Indonesia (RI) ini.

Namun dalam kurun waktu lama, peran besar santri ini seolah-olah dikecilkan dan tidak diakui oleh sejarah nasional Indonesia.

"Ada kesengajaan untuk menutupi peran besar santri itu sehingga seolah-olah mereka tidak memiliki andil sama sekali dalam proses kemerdekaan RI," tegas Arif.

Situasi ini patut disayangkan dari penulis-penulis sejarah Indonesia. Jadi, 1 Muharram itu tepat dijadikan sebagai Hari Santri Nasional. "Itu kan proses hijrah, jadi ada perubahan dari kejelekan menuju kebaikan," ungkap Arif.

Momentum 1 Muharram digunakan sebagai peringatan Hari Santri Nasional karena santri itu pada hakikatnya menuju kebaikan.

Menurut Arif, tidak ada kaitannya Hari Santri Nasional dengan anggapan dapat menurunkan kesakralan peringatan Tahun Baru Islam.

"Justru itu sah dan baik karena menandai peristiwa penting dalam sejarah umat Islam dengan sesuatu yang baik," jelas Arif.

Hal ini lebih baik daripada memperingati momentum Tahun Baru Islam dengan hura-hura dan sejenisnya. "Ini momen refleksi perjuangan umat Islam," ungkap Arif.

Dulu, santri itu turut aktif berjuang untuk tegaknya Republik ini. Namun, peran itu disingkirkan dalam penulisan sejarah Indonesia.

Redaktur : M Akbar
Reporter : C57
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar