REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG-- Sejumlah relawan Jokowi di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Selasa dini hari, menangkap seorang pria paruh baya, karena diduga membagi-bagikan sejumlah uang kepada warga lainnya sembari mengajak untuk mencoblos salah satu pasangan capres/cawapres tertentu.
Mohammad Soleh (45), nama pria itu, digerebek di rumahnya di Desa Aryojeding, Kecamatan Rejotangan sekitar pukul 01.00 WIB, setelah pihak relawan Jokowi dan PDIP setempat menerima laporan kegiatan politik uang dilakukan pelaku.
Soleh yang tidak mengira rumahnya bakal digeruduk massa hanya bisa pasrah. Saat ia dibawa ke Posko Relawan Jokowi Desa Aryojeding, bapak dua anak ini juga tidak berontak ataupun berupaya melarikan diri.
"Kami sempat interogasi di posko sebelum akhirnya diserahkan ke Panwascam Rejotangan untuk ditindaklanjuti sesuai prosedur standar penanganan kasus pemilu," kata Mohammad Basyar, Ketua Tim Relawan Jokowi Desa Aryojeding.
Hasil interogasi sementara yang dilakukan relawan Jokowi, lanjut dia, diketahui jika Mohammad Soleh menerima uang dari Ketua Ranting Partai Amanat Nasional (PAN) Desa Aryojeding, bernama Badrus. Namun, giliran orang yang dimaksud (Badrus) digerebek di rumahnya, pengurus PAN Desa Aryojeding ini memilih kabur saat akan dibawa ke Panwascam Rejotangan guna dimintai keterangan.
"Sampai sekarang orangnya tidak bisa dihubungi. Dia kabur menggunakan sepeda motor saat kami ajak bersama-sama menuju kantor panwascam," celetuk Muhadi, salah satu saksi relawan Jokowi-JK menimpali.
Dugaan politik uang diakui oleh sejumlah saksi warga yang menerima dana langsung dari M Soleh.
Maya dan Bernandus Andi Siswanto, misalnya, mereka mengaku menerima uang dari Soleh masing-masing sebesar Rp20 ribu dengan embel-embel ajakan untuk memilih pasangan capres-cawapres Prabowo-Subianto-Hatta Rajasa dalam Pilpres 9 Juli 2014.
Namun, kesaksian itu tidak sepenuhnya diakui oleh M Soleh. Kepada Antara, pria pekerja serabutan ini mengaku sumbangan itu ia berikan karena ada permintaan dari warga dan sejumlah tetangganya.
Ia juga membenarkan sempat menawarkan kepada para penerima sumbangan untuk memilih capres Prabowo, namun menurutnya ajakan itu bersifat tidak mengikat apalagi disertai unsur paksaan.
"Ya terserah mereka. Kalau mau bantu dan sepakat ya saya persilahkan untuk memilih Pak Prabowo, tapi jika tidak (mau) ya tidak masalah," ujarnya membela diri.
Soleh menolak apa yang dilakukannya sebagai kegiatan politik uang atau "money politic", dengan alasan yang dilakukannya murni dengan maksud membantu tetangga yang mengeluhkan masalah keuangan. "Saya ini orang kecil, tidak tahu apa itu politik uang," kilahnya.
Terkait asal-usul uang yang dia bagikan, Soleh mengaku meminjam dari sejawatnya Badrus, tapi menurutnya itu tidak ada sangkut-pautnya dengan arahan memilih pasangan calon presiden tertentu.
Kasus yang sempat ramai itu sampai saat ini masih ditangani Panwaslu Tulungagung. Pihak terlapor, saksi penerima uang, maupun sejumlah relawan Jokowi Desa Aryojeding telah diperiksa sejak Senin (7/7) malam hari hingga Selasa sore.
Hasilnya, Ketua Panwaslu Tulungagung, Mohammad Fadiq menyatakan masih menyusun berita acara pengaduan. Saksi terlapor sebagian sudah mereka periksa, tetapi belum menyeluruh. Demikian pula dengan saksi penerima uang.
"Kami masih akan periksa lebih dulu apakah ada bukti cukup dugaan politik uang atau tidak. Jika terbukti, kasus ini tentu akan kami limpahkan ke kepolisian untuk diproses sesuai aturan perundangan yang berlaku," kata Fadiq.