REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menilai apa yang dilakukan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) mendeklarasikan kemenangan dianggap tidak mencerminkan sikap kenegarawanan. Lantaran Komisi Pemilihan Umum (KPU) belum melakukan perhitungan suara resmi Pilpres 2014.
"Ini tidak negarawan, dan tidak siap menang ataupun kalah," kata anggota Timses Prabowo-Hatta, Saifullah Tamliha, di Jakarta, Kamis (10/7).
Menurutnya, kubu Jokowi-JK dinilai takut bila pada 22 Juli nanti, pasangan Prabowo-Hatta yang menang. Karena itu, Jokowi-JK munculkan hasil hitung cepat dan mendeklarasikan kemenangan.
Siafullah mengatakan hal itu bertujuan agar masyarakat terpengaruh opini. Sehingga, masih kata Saifullah, jika pada 22 Juli nanti Prabowo-Hatta yang dinyatakan menang, kubu Jokowi-JK bisa beralasan.
Saifullah juga menyatakan validitas hitung cepat yang dilakukan lembaga survei masih diragukan. Dia menyatakan lembaga survei kerap keliru bahkan salah memprediksi hasil pemilihan legislatif, dan pemilihan kepala daerah.
Waktu Pileg 2014 beberapa waktu lalu, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengatakan di Dapil Kalimantan Selatan, PPP hanya raih 1 kursi. Buktinya, PPP dapat 2 kursi. Mereka juga prediksi Parpol Islam, seperti PPP, PAN, dan PKS tidak lolos Pileg.
"Buktinya mana? Semua salah” ujar Wasekjen DPP PPP ini. Ia menambahkan hasil hitung cepat lembaga survei yang saling berbeda menimbulkan keresahan di masyarakat.
Saifullah menilai masyarakat akhirnya terpecah pada dua informasi antara Prabowo-Hatta yang menang dan Jokowi-JK yang menang. Hal ini menurutnya sangat berpotensi menimbulkan kericuhan di tengah masyarakat.
Pihaknya mengimbau masyarakat untuk tidak mempercayai begitu saja hasil hitung cepat tersebut. Semua elemen masyarakat baiknya menunggu hasil penghitungan suara yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU).