REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Nasib lembaga survei di ujung tanduk. Akar permasalahan utamanya adalah perbedaan hasil quick count (hitung cepat) pada Pilpres 9 Juli 2014 lalu.
“Kisruh ini seharusnya tidak perlu terjadi apabila semua pimpinan lembaga survei mau menahan diri dan tidak mengklaim bahwa hasil survei atau penelitian mereka yang paling benar, cepat, dan benar. Celakanya yang bertarung dalam masalah ini juga melibatkan ‘dewa’ survei Indonesia,” ujar peneliti senior Founding Fathers House (FFH) Dian Permata, Jumat (11/7).
Akibat adanya perbedaan hasil versi hitung cepat ini membuat masyarakat resah dan bingung. Kondisi ini makin diperparah dengan munculnya komentar saling memojokkan antarlembaga survei atau penelitian.
Data hasil hitung cepat delapan lembaga survei seperti Lembaga Survei Indonesia (LSI), Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Indikator Politik, Populi Center, Center Strategic International Studies (CSIS), Litbang Kompas, Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Poltracking, memenangkan pasangan nomor urut dua, Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
Sedangkan data hitung cepat empat lembaga survei, Puskaptis, Indonesia Research Center (IRC), Lembaga Survei Nasional (LSN), dan Jaringan Suara Indonesia (JSI), memenangkan pasangan nomor urut satu, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Dian yang jebolan University Sains Malaysia (USM) itu mencermati, publik mempunyai penilaian bahwa lembaga survei tersebut sudah masuk bagian tim sukses masing-masing capres-cawapres. "Kepercayaan publik terhadap keberadaan lembaga survei mulai mengkristal jelang dua hingga tiga minggu pelaksanaan pilpres," terangnya.
Pada saat itu, publik dibuat heran, lembaga survei mainstream sangat rajin melakukan publikasi hasil riset jelang pileg. Tapi, jelang pilpres malah sebaliknya.
Menurut Dian, sebaiknya lembaga survei yang melakukan hitung cepat, diperiksa oleh lembaga independen dan kredibel. Dengan kata lain, mereka tidak diperiksa oleh asosiasi masing-masing lembaga survei agar menghindari sarat kepentingan (vested interest). “Jadi tidak menjadi polisi sekaligus jaksa,” kata Dian.