REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai pilpres 2014 sedikit berbeda dengan pilpres sebelumnya seperti 2004 dan 2009. Perbedaan itu terletak pada hasil penghitungan cepat sejumlah lembaga survey yang berbeda untuk kedua kubu capres-cawapres.
Dulu, lembaga survey yang ada memberikan hasil yang tidak terlalu jauh berbeda dengan lembaga survey lainnya. Namun, pilpres kali ini, lembaga survey pun terbelah.
Karena itu, ia menilai penetapan secara resmi oleh KPU bukan perkara mudah untuk dilakukan. Terutama bagi para kandidat.
“Ini sebuah bahan sebetulnya memang tidak mudah nanti yang kalah langsung menerima dan mengakui,” ujar SBY lewat kanal youtube, Jumat (11/7).
Oleh karena itu, Presiden SBY menyarankan KPU harus membangun opini yang positif, rakyat tahu, pers tahu, semua tahu bahwa KPU sudah mengundang kedua belah pihak untuk mengawasi, sehingga kalau nanti ada yang tidak percaya pada KPU juga bisa dilakukan secara terbuka.
“Ini nilainya akan tinggi sekali, pertama KPU tidak ada yang disembunyikan, transparan, dan akuntabel. Dan yang kedua ini preemptive action atas hasil kerja siang malam KPU,” kata Presiden SBY.
Dengan mengundang kedua pasangan secara terbuka, yang dinyatakan kepada rakyat, kepada publik, Presiden meyakini, jika nanti ada yang tidak mengakui hasil perhitungan KPU, rakyat tidak akan menyalahkan KPU.