REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pengamat Politik, Yunarto Wijaya, mengatakan koalisi permanen yang dibangun oleh koalisi merah putih tidak lebih hanyalah koalisi yang menginginkan kekuasaan. Hal tersebut dikarenakan koalisi ini dibentuk hanya berdasarkan basis kekuatan di parlemen.
"Ini seperti membangun koalisi kekuasaan, koalisi keras kepala, prinsipnya kubu saya benar kubu anda pasti salah," ujar Yunarto saat dihubungi Republika, Selasa (15/7).
Ia menambahkan manuver koalisi permanen yang dibentuk oleh pasangan Prabowo-Hatta adalah kesepahaman visi misi serta agenda program yang sama. "Namun nyatanya kan tidak seperti itu, kesamaan visi misi dan program tidak akan ada," katanya.
Ia juga mengatakan koalisi permanen dibentuk berdasarkan dua alasan. Pertama, kubu Prabowo-hatta mencoba mengamankan posisi Prabowo-Hatta di parlemen jika pasangan ini menang pada perhitungan 22 juli mendatang. Namun, jika pasangan Prabowo-Hatta kalah, maka tujuannya untuk melakukan manuver tertentu pada presiden terpilih nanti yaitu pasangan Jokowi-JK. "tujuannya memang tidak sehat, sifatnya keras kepala, basicnya kekuasaan," paparnya.
Sebelumnya, kemarin (14/7) para pemimpin parpol pendukung Prabowo-Hatta mendatangani kesepakatan kerja sama Koalisi Merah Putih di parlemen 2014-2019. Enam partai pendukung Koalisi Merah Putih di parlemen tersebut adalah Partai Gerindra, PPP, PAN, PKS, Partai Golkar, dan Partai Demokrat.