NU Jatim: Quick Count Hisab, Rukyatnya Pengumuman Resmi KPU
Kamis , 17 Jul 2014, 05:15 WIB
Penghitungan suara

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim), meminta agar kedua kubu calon presiden (capres) 2014 agar menahan diri tidak terburu-buru mengklaim kemenangan sebelum 22 Juli 2014.

Supaya dapat saling memaafkan terkait hasil rekapitulasi suara resmi, PWNU Jatim bahkan mengusulkan diadakan halal bihalal antarkedua capres.

Ketua Tanfidziah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim Hasan Mutawakkil Alallah mengimbau agar semua pihak, termasuk kubu capres Joko Widodo (Jokowi) maupun Prabowo Subianto bersikap dewasa dalam menyikapi proses pemilihan umum presiden (pilpres) yang digelar 9 Juli 2014 lalu dan apapun hasilnya nanti.

''Kita tunggu dulu dulu rekapitulasi hasil penghitungan suara dari KPU tanggal 22 Juli 2014. Jangan terburu-buru mengklaim menang, apalagi presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah menyeru untuk menahan diri sampai pengumuman KPU,'' ujarnya saat bertemu Prabowo yang datang bersilaturahmi dengan puluhan kyai di kantor PWNU Jatim di Surabaya, Rabu (16/7) sore.

Ibarat ilmu agama, kata dia, hasil hitung cepat (quick count) lembaga survei yang memenangkan Jokowi ataupun Prabowo merupakan hisab. Sementara rukyatnya adalah pengumuman resmi KPU pada 22 juli 2014.

Untuk itu, pihaknya berharap agar KPU mampu bersikap profesional, adil, bijaksana sesuai undang-undang (UU) yang ada. Pihaknya berjanji akan menghormati siapapun pemenang pilpres yang diputuskan KPU karena ini demi keutuhan bangsa dan negara Indonesia.

Namun dengan catatan, kemenangan capres tersebut diperoleh dengan cara jujur. ''Karena kami tidak mentolerir segala bentuk kemenangan yang berasal dari ketidakjujuran maupun rekayasa,'' katanya.

PWNU Jatim berharap siapapun yang memimpin negara ini mampu bekerja keras mewujudkan kemaslahatan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia seperti amalan sila kelima. Yang tak kalah penting presiden terpilih kali ini mampu menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), asas Bhineka Tunggal Ika tanpa mengubahnya.

Pihaknya juga berharap kedua kubu dapat saling memaafkan dan saling meridhoi karena bagaimanapun kedua capres ini adalah saudara sebangsa dan satu tanah air. ''Saya juga usulkan bagaimana nanti kalau kita adakan halal bihalal nasional. Termasuk antara kedua kubu capres,'' ujarnya.

Redaktur : Taufik Rachman
Reporter : Rr. Laeny Sulistywati
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar