REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Hatta Rajasa masih optimistis meraih suara terbanyak dalam Pemilu Presiden/Wakil Presiden. Meskipun tim pasangan nomor urut 1 itu meminta penundaan penetapan hasil rekapitulasi suara oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Kita dalam posisi optimistis," kata Juru Bicara Tim Pemenangan Prabowo-Hatta Ali Mochtar Ngabalin di Rumah Polonia, Jakarta Timur, Senin (21/7). Ali mengatakan, tim pemenangan terus mengumpulkan data dari para saksi. Ia mengatakan, data itu berasal dari dokumen C1.
Ali mengatakan, dari data tersebut masih menunjukkan Prabowo-Hatta mendapat suara lebih banyak ketimban pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sampai penghitungan suara oleh KPU, ia mengatakan, masih optimistis. "Posisi Prabowo-Hatta memiliki perolehan suara yang sama sekali kita tidak ragukan. Tidak sedikit pun ada keraguan," ujar dia.
Menurut Ali, tim pemenangan nasional terus mengumpulkan data-data. Ia mengklaim data itu kuat. Sehingga, ia mengatakan, akan siap apabila tim lain mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). "Kalau kita sejak awal memikirkan bahwa kita siap digugat. Tim advokasi kita siap digugat, kalau digugat pemenang ada pada kita," kata politisi dari Partai Golkar itu.
Apabila hasil di luar perkiraan, Ali mengatakan, tim tentu akan memikirkan jalur konstitusi yang ada ada. Artinya Tim Prabowo-Hatta pun dapat menempuh jalur ke MK. Ia mengatakan, inilah kompetisi dalam demokrasi. "Tidak seperti Hendropriyono (Tim Pemenangan Jokowi-JK) yang bilang ini perang," ujar dia.
Menghadapi 22 Juli, Ali mengatakan, Tim Prabowo-Hatta tidak menggulirkan wacana akan terjadi kerusuhan. Justru ia menyebut pihak lain yang menyebut indikasi tersebut. Ia pun menyentil adanya seruan agar pendukung Jokow-JK tidak menggunakan baju kotak-kotak karena disinyalir ada kelompok lain yang mendompleng. "Tidak ada rasionalitas berpikir demokratis, tidak ada. Kita percayakan ini pada negara dan intitusi negara, biar nanti kita lihat," kata dia.