REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diharapkan dapat menjadi penengah. Terutama setelah adanya pernyataan politik calon presiden nomor urut satu, Prabowo Subianto yang menolak pilpres 2014.
Pakar politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengatakan peranan Presiden SBY sangat dinantikan. Menurutnya, SBY bisa mencegah situasi yang tidak diinginkan.
"Ini untuk mencegah situasi menjadi tidak pasti. Presiden SBY harus jadi penengah," katanya, Selasa (22/7).
Ia menegaskan agar semua pengelola negara untuk segera mensikapi hasil pemilu presiden ini guna menjaga negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap damai.
"Jangan sampai terjadi situasi tidak kondusif," katanya.
Sebelumnya, pasangan capres-cawapres nomor urut satu, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, menyatakan menolak proses dan hasil rekapitulasi pemilu presiden karena menilai proses pilpres berlangsung cacat dan diduga terjadi kecurangan.
"Atas beberapa pertimbangan, maka kami capres dan cawapres Prabowo-Hatta, sebagai pengemban mandat suara dari rakyat, sesuai Undang-Undang Dasar 1945 akan menggunakan hak konstitusional kami (dengan) menolak pelaksanaan Pilpres 2014 yang cacat hukum, dan menarik diri dari proses yang tengah berlangsung saat ini," katanya.