Juru bicara pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, Tantowi Yahya saat menjadi pembicara di Warung daun, Jakarta Pusat, Sabtu (12/7).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Pemenangan Nasional pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa selama ini terus mengumpulkan berbagai data dari saksi di lapangan. Hasil temuan di lapangan ini menjadi dasar pasangan nomor urut 1 itu dan timnya menolak dan menarik diri dari proses Pemilu Presiden/Wakil Presiden.
Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional Prabowo-Hatta Tantowi Yahya mengatakan, pasangan dari koalisi Merah Putih menarik diri dari proses rekapitulasi suara yang sudah berlangsung di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Alasannya, tim Prabowo-Hatta antara lain menemukan berbagai indikasi kecurangan.
Tantowi yakin data yang dikumpulkan timnya sangat kuat.
"Kita berani adu-aduan dengan KPU, data kita lebih lengkap, lebih sahih daripada mereka," kata dia di Rumah Polonia, Jakarta Timur, Selasa (22/7).
Tantowi mengatakan, tim Prabowo-Hatta menyiapkan 685 ribu saksi untuk mengawal 479 ribu Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Ia mengatakan, tidak mudah untuk mengumpulkan data tersebut.
Dari data di lapangan, ia menyebut, terjadi kejanggalan suara di 52 ribu TPS. "Itu adalah jumlah yang sudah kami sederhanakan. Kalau data awalnya sekitar 125 ribu TPS," kata politisi Partai Golkar itu.
Tim Prabowo-Hatta mengklaim sudah mengadukan berbagai temuan indikasi kecurangan. Namun, laporan itu sebagian besar tidak ditindaklanjuti.
Sekretaris Tim Pemenangan Nasional Prabowo-Hatta Fadli Zon pun meyakini data timnya kuat.
"Kalau mengenai data-data, kita ada data segunung yang sekarang ini ada di DPP PKS yang kita bisa buktikan. Tetapi mereka (KPU) tidak mau menggubris ini juga," ujar dia di Rumah Polonia.