Pengamat: Presiden SBY Bakal Tak Simpati pada Prabowo
Rabu , 06 Aug 2014, 15:15 WIB
Capres Prabowo Subianto (kiri) didampingi cawapres Hatta Rajasa (kanan) menjalani sidang perdana perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2014 di Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Rabu (6/8).(Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Ari Sudjito, menilai pidato yang disampaikan Prabowo di Mahkamah Konstitusi (MK) justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.

Ia juga mengatakan pidato itu diyakini akan membuat presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak akan bersimpati kepada calon presiden nomor urut satu tersebut.

"Itu bumerang bagi dirinya. Maksudnya apa? Selain menyerang KPU itu juga menyerang pemerintah dengan menyebut negara feodal dan komunis," katanya kepada Republika, Rabu (6/8).

Prabowo, menurut Ari, telah lupa kalau ada data yang janggal di Sampang, Madura. Di tempat itu, kata dia, ada 17 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang dimenangkan secara total olehnya. Bahkan Jokowi-JK tidak memperoleh suara satupun.

Pidato Prabowo tersebut menurutnya, juga akan menciptakan problem bagi dirinya sendiri. Presiden SBY yang mendengar pidato tersebut dipastikan juga akan tercengang dan tidak akan bersimpati pada Prabowo.

"Prabowo justru menciptakan musuh baru dengan statement-nya itu, tidak melahirkan simpati baru justru banyak orang yang simpati padanya akan semakin manarik diri dan itu sudah mulai terlihat," katanya.

Harusnya kata Ari, Prabowo konsentrasi pada data-data yang akan disampaikan ke MK terkait dugaannya pada pelanggaran pemilihan presiden. "Jangan justru membuat opini baru yang bermaksud mempengaruhi MK. Ini justru akan menimbulkan masalah baru, bertarung saja secara gentle di dalam (sidang) dengan data-data yang benar. Jangan buat statmen yang justru tidak fokus," ujarnya.

Redaktur : M Akbar
Reporter : Yulianingsih
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar