Presiden dan Wapres terpilih Joko Widodo, dan Jusuf Kalla menggelar konferensi pers di rumah Dinas Gubernur, Jakarta, Kamis (21/8).
REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr.Ahmad Atang, MSi mengingatkan Presiden terpilih Joko Widodo agar mewaspadai manuver politik yang dilancarkan kelompok oportunis dan kelompok bunglon, yang ingin meraih kekuasaan.
"Kewaspadaan ini penting karena kelompok tersebut bisa berubah menjadi musuh dalam selimut, yang akan berusaha memecah belah dan mendiskreditkan Jokowi dengan kelompoknya yang selama ini setia dan berjuang bersama dalam Pilpres 7 Juli 2014 lalu," kata Ahmad Atang di Kupang, Jumat (22/8).
Dia mengemukakan pandangan itu terkait putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengukuhkan pasangan Jokowi-JK sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2014-2019. "Jokowi-JK pascakeputusan MK, Kamis (21/8), dan hari-hari ke depan menjelang pelantikan 20 Oktober dan pentapan kabinet akan dikelilingi oleh kelompok loyalis, strategis, oportunis dan kelompok bunglon. Jokowi harus mewaspadai kelompok oportunis dan kelompok bunglon," ujarnya.
Menurut dia, kelompok ini menjadi sangat berbahaya jika tujuannya tidak tercapai. Mereka akan berubah menjadi musuh dalam selimut dan berusaha mendiskreditkan Jokowi dan kelompoknya.
Dia mengatakan kelompok oportunis merupakan "orang dalam" dan pendatang baru yang sangat agresif dengan pemikiran yang brilian. Mereka akan berupaya dengan segala cara untuk meyakinkan Jokowi. Kelompok ini siap berkorban apa saja asal keinginannya terpenuhi, baik untuk dirinya mau agenda pesanan dari kelompok.
"Kelompok oportunis selalu memanfaatkan setiap peluang yang menguntungkan dan selalu menyembunyikan intresnya," ungkapnya. Bahayanya adalah kelompok ini dapat menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Sementara kelompok bunglon, kata dia, akan selalu melakukan penetrasi seolah-olah kemenangan Jokowi berkat jasa besar mereka. Padahal, dalam kenyataannya mereka tidak pernah berkeringat, walaupun selama ini mereka aktif dalam proses politik. "Kelompok ini menjadi sangat berbahaya jika tujuannya tidak tercapai. Mereka akan berubah menjadi 'musuh' dalam selimut dan berusaha mendiskreditkan Jokowi dan kelompoknya, sehingga harus diwaspadai," tambahnya.