REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Pengamat Politik Universitas Gorontalo (UG), La Husen Zuada mengatakan saat ini merupakaan waktunya Partai Golkar berhenti bersikap 'mendua' terhadap pemerintahan.
Menurut Zuada, sikap Golkar yang mendua selama ini menjadikanya sebagai partai yang sulit memenangkan Pemilihan Umum (Pemilu), karena tidak memiliki posisi yang jelas di dalam maupun luar pemerintahan.
Zuada menambahkan, dalam tiga periode pemilu, yakni tahun 1999, 2004 dan 2009, Golkar selalu memposisikan diri sebagai the seeking office party atau partai pengejar jabatan publik.
Hal ini kemudian, kata Zuada, jelas berakibat pada stagnasi suara partai Golkar yang artinya perolehannya tidak mengalami kenaikan, namun cenderung menurun.
"Fenomena ini terlihat jelas pada raihan suara Golkar pada Pemilu legislatif Tahun 2009 dan 2014 yang berkisar 14 persen saja," ujar Zuada.
karena itu, Partai Golkar sebaiknya belajar dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dalam hal menaikkan elektabilitas dengan konsisten menentukan sikap.
Jika pada pemerintahan Jokowi-JK saat ini Patai Golkar menjadi oposisi, maka partai berlambang pohon beringin itu berpeluang besar memimpin dan mengendalikan partai-partai di oposisi lainnya di legislatif nanti.
"Jika itu terjadi, maka Partai Golkar berpeluang besar menaikan elektabilitasnya pada pemilu 2019, sebagaimana dialami PDI-P selama dua periode masa pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono," kata Zuada.