Home >> >>
Endriartono dan Ali Debat NKRI
Kamis , 06 Feb 2014, 08:01 WIB
Republika/Yoghi Ardhi
Ali Masykur Musa

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, Endriartono Sutarto dan Ali Masykur Musa sempat terlibat debat sengit terkait istilah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harga mati.

"Mengoreksi pernyataan Pak Ali (Ali Masykur Musa) tentang istilah NKRI harga mati saya kurang sependapat, seharusnya NKRI dari Sabang sampai Merauke harga mati," kata Endriartono pada debat Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat III yang digelar di Kota Bandung, Rabu.

Debat kedua peserta konvensi itu berlangsung di penghujung debat sesi pertama yang diikuti oleh tiga peserta lain yakni Gita Wiryawan, Marzuki Ali serta Anis Rasyid Baswedan.

Perdebatan Endriartono dan Ali Masykur Musa masuk merupakan titik tertinggi dari tensi perdebatan sesi pertama yang berlangsung monoton dan cenderung adu program kerja kepemimpinan negara di bidang ekonomi dan politik.

Perdebatan Ali Masykur yang menjadi peserta urutan pertama dengan Endriartono yang menempati posisi keempat berawal ketika Endriartono menyatakan istilah NKRI harga mati itu perlu dipertegas dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara, pasalnya dengan menyebutkan NKRI dari Sabang sampai Merauke maka tidak ada satupun daerah di dalamnya yang terlepas.

"Oleh karena itu perlu dipertegas dengan sebutan mempertahankan NKRI dari Sabang sampai Merauke harga mati, bila NKRI harga mati saja kan bila ada daerah yang lepas masa disebut seperti itu, sehingga perlu dipertegas," katanya.

Mantan Panglima TNI tersebut menganggap penting penyebutan Sabang sampai Merauke tersebut sebagai penegasan sekaligus memberikan pemahaman dan pengertian bagi generasi muda ini terkait komitmen ketahanan dan keutuhan wilayah kedaulatan Republik Indonesia.

Namun Ali Masykur menimpali bahwa pernyataan NKRI harga mati itu karena telah ada dalam pasal UUD 1945. NKRI itu artinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah mencakup wilayah dari Sabang sampai Merauke.

"NKRI sudah jelas tertuang dalam UUD 1945, dan menjadi dasar istilah NKRI harga mati," kata Ali.

Namun perdebatan kedua tokoh tersebut berhenti setelah moderator Benjamin Haris menghentikan perdebatan itu karena waktu yang disediakan telah usai.

"Di forum ini perdebatan Pak Tanto dan Pak Ali mungkin belum selesai, silakan bila mau dilanjutkan di luar nanti," kata Benjamin.

Sementara itu debat Konvensi Capres Partai Demokrat yang digelar di Hotel Harris Kota Bandung berlangsung dalam dua sesi. Para peserta lebih banyak mengupas program kepemimpinan mereka, termasuk komitmen memimpin negara.

Beberapa poin yang diungkap adalah komitmen meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi dan mengentaskan kemiskinan, pembangunan infrastruktur, kepemimpinan yang tegas serta komitmen pengambilan keputusan yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara.

"Keputusan yang diambil olen seorang pemimpin tentu tidak akan memuaskan semua pihak, namun keputusan harus diambil dan itu harus dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat banyak bukan untuk golongan atau kelompok," kata Endriartono Sutarto.

Hal senada juga diungkapkan oleh keempat peserta lainnya yang menyatakan ketegasan dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan orang banyak merupakan hal yang harus dipegang teguh.

"Meletakkan kepentingan masyarakat banyak adalah prasyarat utama, keputusan harus diambil meski ada risikonya, yang jelas didasarkan untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara," kata peserta konvensi lainnya, Anis Baswedan menambahkan.

Redaktur : Julkifli Marbun
Sumber : Antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar