Home >> >>
Endriartono Soroti Sektor Pertanian Jawa Barat
Kamis , 06 Feb 2014, 07:58 WIB
ANTARA FOTO
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Peserta konvensi capres Partai Demokrat Endriartono Sutarto menyebut Jawa Barat menjadi penyumbang padi terbesar di Indonesia. Menurut dia, harus ada pembangunan infrastruktur yang bisa menyokong sektor pertanian.

Endriartono mengatakan, infrastruktur yang tidak memadai bisa mengakibatkan beras produksi nasional mahal. Karena akses petani ke tempat penggilan, ke pasar masih terhambat. 

Sehingga berimbas pada pengeluaran biaya yang tinggi. "Karena infrastruktur di daerah pertanian tidak terbangun," kata dia dalam acara Debat Bernegara Konvensi Capres Partai Demokrat di Hotel Harris, Bandung, Rabu (5/2).

Menurut Endriartono, pembangunan infrastruktur harus dilakukan di Jawa Barat untuk mendukung sektor pertanian.

Ia meyakini ketersediaan infrastruktur bisa membantu petani menyalurkan hasil panennya dan menekan biaya. Dengan akses yang lancar, konsumen bisa mendapat harga yang lebih murah dari hasil pertanian. "Petani juga pendapatan meningkat," kata mantan panglima TNI itu.

Selain itu, Endriartono juga menekankan penguatan sektor industri di Jawa Barat. Listrik pun harus tersedia dengan biaya murah dengan tidak bergantung pada bahan bakar minyak. Sehingga bisa menekan biaya produksi. 

Ia juga menyoroti harus adanya infrastruktur pelabuhan yang lebih efisien. "Jangan sampai produk industri kita tertahan di pelabuhan," ujar dia.

Redaktur : Mansyur Faqih
Reporter : Irfan Fitrat
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar