Home >> >>
Harry Sarundajang: Saatnya Melirik 'Blue Economy'
Kamis , 06 Feb 2014, 08:48 WIB
ANTARA FOTO
Sinyo Harry Sarundajang

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Peserta konvensi capres Partai Demokrat Sinyo Harry Sarundajang sepakat sektor pertanian perlu dibangun. Namun, ia juga menilai harus ada perhatian pada sektor maritim.

Sebagai negara yang didominasi laut, Sarundajang melihat, Indonesia mempunyai potensi untuk bisa mengembangkan sektor maritim.

Alasannya, sumber daya kelautan melimpah dan bisa dimanfaatkan jika dikelola dengan baik. "Mari kita lirik ke laut," ujar dia dalam Debat Bernegara Konvensi Capres Partai Demokrat di Hotel Harris, Bandung, Rabu (5/2) malam.

Sarundajang mengatakan, ada sekitar 20 potensi sektor kelautan yang bisa diolah. Hasil hitungan ahli, potensi itu dapat menghasilkan pendapatan negara Rp 1.200 triliun. Karenanya, Gubernur Sulawesi Utara itu menawarkan konsep blue economy yang bisa diselaraskan dengan penguatan sektor green economy.

Menurut Sarundajang, hanya sekitar 25 persen wilayah Indonesia berupa daratan, sebagian besarnya laut. Untuk itu, perlu pengembangan sektor kelautan. Ia melihat negara seperti Cina bisa sukses mengelola potensi laut untuk membantu memenuhi konsumi penduduknya. "Saatnya melirik ekonomi maritim, blue economy," ujar dia.

Sarundajang juga menyoroti persoalan pemeretaan. Ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah tinggi, sekitar 6-6,5 persen. Pencapaian ini menjadi modal untuk bisa dikembangkan. 

Ia meyakini Indonesia bisa memacu perolehan pendapatan hingga mencapai Rp 3.000 triliun. Namun, jangan dilupakan pemeretaan. "Memang perlu meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi lebih berkualitas yang mempunyai pemerataan bagi seluruh rakyat," kata dia.

Redaktur : Mansyur Faqih
Reporter : Irfan Fitrat
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar