REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Peserta konvensi capres Partai Demokrat Ali Masykur Musa mengandalkan kaum nadhliyin sebagai kantong suaranya. "Ada 45 juta warga NU yang memiliki hak pilih di Indonesia," kata Ali di Balikpapan, Kamis (20/2).
Nadhliyin adalah sebutan bagi Muslim Indonesia yang berafiliasi kepada Nadhlatul Ulama (NU). Basis utamanya, antara lain di Jawa Timur. Di Kalimantan, Kalimantan Selatan adalah daerah tradisional NU.
Pada masa Orde Baru, perlu empat kali pemilu bagi Golkar untuk mengalahkan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), fusi dari partai-partai Islam tempat warga NU menitipkan suaranya.
Cak Ali, panggilan akrabnya, sampai hari ini masih ketua Ikatan Sarjana NU. Selain itu, 10 tahun ia menjadi anggota DPR dari Partai Kebangkitan Bangsa. Partai yang dianggap mewakili suara kaum Nadhliyin dalam era reformasi.
Ia juga sempat memimpin PKB versi Gus Dur hingga 2010 sebelum kemudian dipilih menjadi anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Selain NU, Cak Ali juga menghitung Jawa Timur sebagai daerah basisnya. "Saya orang Jawa Timur soalnya," sebutnya.
Ali Masykur Musa lahir di Tulungagung, 51 tahun yang lalu. Jawa Timur memiliki sejumlah pesantren besar dan berpengaruh. Juga menjadi salah satu basis umat Nadhlatul Ulama. Keberadaan perantau asal Jawa Timur yang hampir selalu ada di seluruh Indonesia, juga menjadi perhitungan Cak Ali.
Dalam kunjungan ke Balikpapan, Cak Ali menyempatkan diri mampir ke Pondok Pesantren Syaichona Cholil di Sepinggan. Pondok pesantren yang dikelola oleh masyarakat perantauan dari Madura-Jawa Timur itu juga memiliki Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah.