REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Salah satu peserta Konvensi Calon Presiden dari Partai Demokrat Hayono Isman berkomitmen memperhatikan buruh industri dan petani jika terpilih menjadi Presiden periode 2014 - 2019."Sektor buruh dan pertanian perlu diperkuat menjadi sebuah tantangan," katanya di Bogor, Jawa Barat, Ahad (2/3).
Hayono berjanji akan berusaha menghapuskan sistem jasa tenaga kerja (outsourcing) dan status kerja kontrak. Hayono menuturkan akan berbicara dengan pimpinan organisasi buruh dan pengusaha untuk mendiskusikan persoalan outsourcing.
Lebih lanjut, Dewan Pembina Partai Demokrat itu menyebutkan buruh merupakan aset negara yang harus diperjuangkan kesejahteraan hidupnya. "Jika sektor buruh diperkuat industri Indonesia akan kuat," ujar dia.
Terkait persoalan pertanian, Hayono menyatakan Indonesia sebagai negara agraris sehingga harus mengangkat derajat petani agar tidak bergantung dan mengandalkan produk impor.
Hayono sepakat dengan kebijakan mereformasi agraria namun pemerintah harus memperhatikan sektor pertanian. Salah satu program yang digulirkan Hayono yakni memberikan Dana Insentif Produksi Petani (DIPP) sebesar Rp 1 juta per orang setiap bulan.
Hayono memperkirakan jumlah petani yang memproduksi lahan sawah minimal seluas 0,2 hektare - 0,5 hektare akan mendapatkan dana bantuan tersebut. Tercatat jumlah petani di Indonesia mencapai 26 juta orang, sedangkan petani yang menggarap lahan sawah seluas lebih dari 0,2 hektare sekitar 15 juta orang.
Hayono menyampaikan visi dan misi pada kegiatan 'Debat Bernegara 11 Capres Konvensi Partai Demokrat' bertemakan kesejahteraan rakyat dan hubungan internasional berlangsung di Bogor Jawa Barat.
Acara debat tersebut dihadiri Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya Ani Yudhoyono, serta Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Edhie Baskoro.
Selain Hayono, debat peserta Konvensi Capres Partai Demokrat menampilkan peserta lain yakni Marzuki Alie, Sinyo Haris Sarundajang, Pramono Edhie Wibowo, Anis Baswedan dan Gita Wirjawan. Kemudian, Irman Gusman, Edriartono Sutarto, Dino Patti Djalal, Dahlan Iskan dan Ali Masykur Musa.