REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan telah mendeklarasikan Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres 2014. Lantas siapa sosok calon pendamping mantan wali kota Solo itu di Pilpres mendatang?
Pengamat politik Charta Politika, Arya Fernandes, memprediksi beberapa skenario yang bakal dibangun PDI Perjuangan untuk menggaet cawapres terbaik. Pertama, penunjukkan dilakukan setelah hasil perolehan suara Pileg. Apabila PDI Perjuangan meraih 25 persen suara nasional atau 20 persen kursi di parlemen, cawapres bisa ditunjuk dari internal. Kedua, penentuan cawapres dilakukan sebelum Pileg.
Dari dua skenario itu akan mengerucut pada beberapa pola. Pertama, Arya mengistilahkannya dengan ‘merah-merah’ yaitu cawapres dari internal PDI Perjuangan. Bisa dari trah Soekarno, Puan Maharani misalnya, atau politikus senior Banteng yang mendapat restu Megawati.
"Pola kedua cawapres dipilih dari eksternal. Nah siapa orang itu, bisa berasal dari militer, bisa juga dari luar militer atau profesional," katanya saat dihubungi, kemarin. Pola ketiga, PDI Perjuangan akan memilih figur dari partai lain. Tidak terkecuali parpol yang sudah mendeklarasikan calon namun tidak memenuhi ambang batas.
Pola keempat, kata Arya, bisa dari kalangan kepala daerah. "Tetapi, dari empat pola saya melihat PDIP akan memilih pola pertama atau kedua," ujarnya, menyimpulkan.
Melihat dari dua pola yang cenderung bakal dipilih PDIP itu, Arya mengatakan, ada beberapa calon yang menurutnya memiliki peluang besar untuk dipilih sebagai cawapres. Dari internal, bisa Puan Maharani, atau tokoh-tokoh senior seperti Tjahjo Kumolo atau Pramono Anung.
Sementara kecenderungan pada pola kedua, Arya melihat peluang militer cukup besar. Kendati, dia menolak menyebut siapa figur militer yang paling cocok mendampingi Jokowi.
Namun, Arya mengisyaratkan beberapa mantan petinggi militer, termasuk Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Arya menilai Moeldoko memiliki peluang yang cukup untuk bisa duduk berdampingan bersama Jokowi di Pemilu 2014.
"Kalau Moeldoko saya analisisnya ya semua Panglima TNI atau mantan Panglima, atau mantan KSAD punya peluang yang sama. Tergantung bagaimana kedekatannya, chemistry dengan calon presiden," katanya.
Ketua DPP PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari mengamini bahwa semua cawapres PDI Perjuangan, termasuk dari kalangan militer memiliki peluang yang sama dengan calon dari nonmiliter.
"Fifty-fifty, seperti juga peluang dari non militer (pengusaha, politisi, ekonom) yang penting adalah peluang menang satu putaran, dan perannya menggenapi karakter Pak Jokowi seperti Ahok yang tegas, cekatan, prinsipil, action oriented," ujar Eva.