Capres dari PDI perjuangan Joko Widodo (tengah) didampingi Pasangan Calon Gubernur Lampung Berlian Tihang (kiri) dan Mukhlis Basri (kanan) setibanya di Bandara Radin Inten II Lampung Selatan, Lampung, Jumat (21/3). Jokowi dijadwalkan menghadiri kampanye te
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTÀ -- Sejak mendeklarasikan diri maju ke ajang pilpres, sosok Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menimbulkan banyak reaksi.
Pakar komunikasi politik Universitas Paramadina Hendri Satrio, mengatakan, siapapun tim sukses yang berada di belakangnya, kepopuleran Jokowi di tengah masyarakat hanya mengandalkan trend politik. Bila tidak dijaga dengan baik, lanjutnya, trend politik tersebut akan cepat hilang.
Ia juga mengingatkan tim Jokowi agar segera menemukan cara lain selain blusukan. Menurutnya, blusukan untuk calon pemimpin tingkat lokal memang sangat efektif, kata Hendri, tetapi tidak untuk
pemimpin tingkat nasional. "Indonesia negara yang sangat luas. Jokowi harus bisa membuat gerakan massa yang dapat menopang tren politiknya," kata Rabu (26/3).
Hendri menambahkan, bila mengambil keputusan untuk mundur sebagai gubernur DKI, Jokowi akan lebih terbantu untuk berkonsentrasi di pileg dan pilpres. "Beban Jokowi kan luar biasa, dia harus mengangkat suara PDIP di pileg dan memenangkan dirinya di pilpres. Dengan mundur sebagai Gubernur dia akan lebih berkonsentrasi dan yang terpenting Jokowi tidak menyandera pembangunan di Jakarta karena Ahok
bisa melanjutkan memimpin Jakarta," tegasnya.
Terakhir Hendri memprediksi bahwa Jokowi akan mundur pascapileg 9 April nanti. "Jokowi
ini kan orang baik, mungkin karena banyak pikiran makanya dia keluarkan ide kebijakan yang lucu-lucu, seperti metro kapsul di saat pembangunan Monorel dan terhambat. Keliatannya Jokowi akan mundur setelah pileg, agar konsentrasi dan hitungan peluang pencapresan dirinya sudah
lebih jelas," kata Hendri.