Home >> >>
Peneliti: Elektabilitas Ical Cenderung Stagnan
Rabu , 23 Apr 2014, 18:48 WIB
Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie menggunakan hak pilih di TPS 32, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (9/4). (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Senior Founding Fathers House Dian Permata menilai elektabilitas Aburizal Bakrie (ARB) cenderung stagnan yaitu hanya naik satu persen dan tidak linear dengan perolehan elektabilitas partai Golkar.

"Perolehan elektabilitas Golkar ternyata tidak linear dengan elektabilitas capres ARB," ujar Dian Permata dalam diskusi "Menebak Arah Angin Parpol Hadapi Pilpres 2014: Diantara Pesimis dan Realistis", di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, secara head to head Joko Widodo dan Prabowo Subianto yang angkanya naik signifikan. Sedangkan, angka elektabilitas ARB cenderung stagnan yaitu hanya naik 1 persen.

"Jokowi yang sebelumnya 31,8 menjadi 37,4 persen, Prabowo Subianto dari 11,3 persen menjadi 19,5 persen,'' katanya. ''ARB 8,9 naik menjadi 9,3 persen.''

Padahal, lanjutnya, Golkar yang paling banyak mempunyai iklan yaitu di medianya sendiri. Itu hampir 1000 slot yang jadi pertanyaan kenapa tidak angkat capres ARB dan Golkar.

"Iklan banyak sampai 1000-an, tapi elektabilitas Golkar dan capresnya tidak terdongkrak. Kita tahu pada hitung cepat Golkar tempati urutan kedua dengan sekitar 14 persen," kata dia.

Ia mengutarakan perolehan elektabilitas Golkar yang tidak linear dengan elektabilitas capres ARB karena Ical dililit persoalan internal (partai) dan eksternal (elektabilitas).

"Historis Ical, kasus lumpur Lapindo, Zalianty effect dan sebagainya. Perolehan elektabilitas ARB tidak linear dengan Golkar sehingga ARB tidak bisa jadi vote getter," kata dia.

Redaktur : Didi Purwadi
Sumber : Antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar