Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie melambaikan tangan usai memantau penghitungan cepat di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Rabu (9/4).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Pembina Partai Golkar Mahadi Sinambela menyatakan seluruh elemen si partainya solid mendukung pencapresan Aburizal Bakrie. Menurut dia, desakan beberapa pengurus daerah kepada Aburizal hanya bentuk aspirasi semata. Kalaupun ada yang ingin menggantikan ketua umum Golkar tersebut, kata dia, figur itu tidak lebih menjual di mata masyarakat.
"Tidak ada sebenarnya yang ingin menggoyang Pak Ical. Tetapi, karena targetnya di pileg sebanyak 30 persen dan hanya dapat 14 persen, maka itu digoyang," kata Mahadi dalam diskusi 'Persaingan Menuju Istana' di Jakarta, Rabu (23/4).
Dia merasa kasihan dengan Aburizal. Gara-gara salah dalam memilih orang dekat yang dipercaya sebagai konsultan, Aburizal harus menanggung akibatnya. "Itu bisa saja karena pembisiknya lulusan Amerika semua menuntut 30 persen. Kalau targetnya 12 persen, Pak Ical bisa dapat piala," kata mantan menteri pemuda dan olahraga itu.
Meski begitu, Mahadi mengakui, cukup berat bagi Golkar untuk bisa bersaing di pilpres mendatang. Pasalnya, capres yang dihadapi, Jokowi dan Prabowo Subianto lebih dikenal masyarakat.
Karena itu, ia menyarankan agar Aburizal mau realistis kalau ada tawaran untuk menjadi cawapres dua calon itu. "Politik itu harus ada perhitungan. Kita menang alhmadulillah, kalah juga alhamdulillah," ujarnya.
Mahadi juga mengungkap strategi Golkar, yang bermain dua kaki. Dia tidak mempermasalahkan kader partai beringin itu direkrut menjadi cawapres kandidat lain. Pun dengan langkah koalisi akan ditempuh partainya kalau menang nantinya pilpres berlangsung dua putaran, tanpa diikuti Aburizal.
"Golkar awal-awal akan mengajukan capres, lalu cawapres, lalu menteri. Kalau tidak dapat ya mengurus partai saja," katanya.