REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Golkar terus bermanuver untuk suksesi calon presiden yang diusungnya, Aburizal Bakrie (ARB). Jika Golkar berhasil membangun koalisi maka langkah ARB akan mulus sebagai capres.
Direktur Konsep Indonesia (Konsepindo) Research and Consultant, Veri Muhlis Ariefuzzaman menyatakan ada persoalan muncul. Setidaknya diperlukan dua langkah bersamaan untuk melancarkan itu.
Pertama, harus memastikan dengan partai mana berkoalisi mengusung pasangan capres-cawapres. Kedua, memutuskan memilih siapa diantara bursa cawapres yang ada. "Tentu ini bukan pekerjaan ringan," katanya, di Jakarta, Ahad (27/4).
Saat ini, capres lainnya, Jokowi dan Prabowo juga sedang melakukan hal sama. Mereka menyeleksi orang-orang yang dianggap layak menjadi cawapres. Ada nama mantan ketua MK Mahfud MD, ketua KPK saat ini Abraham Samad, Ketum PKB Muhaimin Iskandar, dan sejumlah tokoh lainnya.
Bagi Golkar, sebenarnya memutuskan berkoalisi dengan partai mana pastilah tidak sulit. Golkar membutuhkan satu sampai dua partai saja. Kecuali jika Golkar bermaksud membangun koalisi besar, maka semua partai yang meraih suara di bawah delapan persen diajak berkoalisi.
Partai-partai papan tengah seperti Demokrat dan PKB tentu sangat mungkin menjadi penentu dan memberikan tawaran cawapres. Itu karena jika berkoalisi dengan salah satunya saja, Golkar sudah cukup bisa mengusung pasangan capres-cawapres. Namun, kedua partai tersebut tidak mudah diajak, selain karena PKB memiliki watak politik yang khas, Demokrat juga masih belum membatalkan konvensi capresnya.
"Perlu diingat betul bahwa Demokrat tidak melakukan konvensi cawapres," papar Veri. Dia menyatakan berkoalisi dengan poros Islam adalah ideal, namun cawapres jangan salah satu dari ketum partai-partai tersebut. ARB harus berpasangan dengan tokoh yang akseptabel.
Para ketum partai diberikan kedudukan tinggi di kementerian seperti menko dan menjadi pimpinan koalisi nasional. Kedua, berkoalisi dengan Demokrat saja juga menarik. Sebagai sesama partai memerintah itu tidak sulit. Tinggal soal urut kacang dan penentuan siapa cawapres dari Demokrat.
Ketiga, dengan PKB saja juga mungkin. Kedekatan Mahfud MD yang diklaim dari PKB bisa dipinang menjadi pendamping ARB. Bukan tidak mungkin juga in last minute Cak Imin jadi Cawapres. "PKB selalu mengejutkan," ujar Veri.
Ada pertanyaan yang sering diabaikan jawabannya karena dianggap tidak mungkin. Apakah Golkar bisa koalisi dengan Gerindra? Jawabannya dalam politik hal itu mungkin saja. Bisa saja Prabowo jadi cawapres ARB atau Golkar memasang salah satu dari tiga kandidat cawapresnya, Akbar Tanjung misalnya jadi cawapres Prabowo.
"Bagi Golkar, kerjasama dengan Prabowo, Surya Paloh dan Wiranto tentu tidak terlalu sulit karena sama-sama alumni jaket kuning," kata Veri.